Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Meski begitu, Direktur Pengelolaan Investasi Otoritas Jasa Keuangan Sujanto memperkirakan, minat investor pada rekadana ETF akan terus berkembang. Bila berkaca pada investor global, mereka lebih menyukai reksadana yang dikelola secara pasif daripada reksadana yang dikelola aktif tetapi cenderung gagal memberi imbal hasil yang optimal.
Apalagi, market size ETF di Indonesia baru 2,7% dari total AUM industri reksadana. Hal ini menunjukkan ruang reksadana ETF untuk tumbuh masih luas.
Inarno juga optimistis perkembangan reksadana ETF di Indonesia akan meningkat didukung kebijakan BEI, yaitu pembebasan biaya transaksi atau levy fee diler partisipan di pasar sekunder.
Baca Juga: Banjir tawaran reksadana ETF, mana yang menarik?
Moleonoto juga optimistis momentum pertumbuhan ETF di tahun ini akan berlanjut karena karakteristik ETF yang unggul. Dari sisi biaya manajemen investasi, reksadana ETF lebih murah daripada reksadana konvensional.
Selain itu, transparansi isi portofolio reksadana saat ini juga jadi faktor penting dalam memilih instrumen investasi dan reksadana ETF memenuhi syarat transparansi yang lebih dalam daripada reksadana konvensional.
Baca Juga: Kisi Asset Management gunakan IDX Value 30 pada produk reksadana ETF perdana
Kompak, Nurullah Saptidja, Associate Director Head of Product Management Division Danareksa Investment Management memproyeksikan, tren pertumbuhan reksadana ETF masih akan berlanjut di tahun depan.
"Kebutuhan akan produk reksadana ETF masih cukup besar tetapi memang dari sisi sosialisasi harus ditingkatkan dari semua pihak baik diler partisipan, MI dan regulator," kata Nurullah.