Reporter: Nur Qolbi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tengah berada dalam tren penurunan alias bearish. Sejak awal Oktober 2022 sampai dengan Jumat (14/10), IHSG merosot 3,21% ke level 6.814,53 dari level 7.040,79 pada akhir September 2022.
Namun, sebenarnya penurunan IHSG sudah terlihat sejak bulan September 2022. Berdasarkan data RTI per Jumat (14/10), IHSG merosot 4,94% dalam sebulan terakhir.
Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova memprediksi, IHSG berpotensi melanjutkan penurunan di sisa tahun ini yang kurang dari tiga bulan. "Yang terburuk, IHSG bisa menguji kembali bottom di kisaran level 6.500," kata Ivan saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (16/10).
Sentimen negatif yang membayangi pergerakan IHSG ke depannya berasal dari potensi resesi global pada tahun 2023. Hal ini membuat investor asing melakukan aksi jual di pasar saham Indonesia sebagai langkah antisipasi.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Rebound pada Senin (17/10), Intip Rekomendasi Saham Pilihan
Di sisi lain, jika IHSG masih bertahan di atas 6.700, Ivan memprediksi, ada harapan IHSG dapat bertengger di kisaran 6.900-7.000 pada akhir tahun 2022. "Kemungkinan IHSG bisa tertolong jika harga komoditas kembali menguat," ucap Ivan.
Berkaitan dengan hal tersebut, saham-saham produsen crude palm oil (CPO) menjadi saham-saham yang menarik dicermati. Ivan memprediksi, harga CPO berpotensi rebound menjelang akhir tahun.
Hal ini didukung oleh kondisi cuaca yang mulai sering hujan sehingga membuat pasokan menjadi lebih terbatas dan memacu kenaikan harga. Ivan memperkiraan, harga kontrak CPO di awal tahun 2023 bisa kembali ke level RM 4.700 per ton.
Secara teknikal, harga saham CPO juga sudah memasuki satu fase impulse correction yang lengkap. Selain itu, saham perbankan seperti BBCA dan BBRI masih tetap menarik diperhatikan mengingat keduanya merupakan penggerak IHSG.
Baca Juga: Ada RDG BI, Simak Rekomendasi Saham Pilihan dan Proyeksi IHSG Pekan Depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News