kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ada RDG BI, Simak Rekomendasi Saham Pilihan dan Proyeksi IHSG Pekan Depan


Minggu, 16 Oktober 2022 / 16:42 WIB
Ada RDG BI, Simak Rekomendasi Saham Pilihan dan Proyeksi IHSG Pekan Depan
ILUSTRASI. Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. IHSG memerah selama enam hari beruntun. Dalam sepekan, IHSG anjlok 3,02% ke posisi 6.814,53.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham sedang muram, tercermin dari amblesnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). IHSG memerah selama enam hari beruntun. Dalam sepekan, IHSG anjlok 3,02% ke posisi 6.814,53.

Merujuk data Bursa Efek Indonesia (BEI), rata-rata volume transaksi pada pekan lalu naik 2,72% dari 23,41 miliar saham menjadi 24,05 miliar saham. Namun, kapitalisasi pasar turun 2,43% dari Rp 9.234,68 triliun menjadi Rp 9.009,95 triliun.

Rata-rata frekuensi transaksi harian pun merosot 4,82% menjadi 1.165.599 dari 1.224.595 kali transaksi pada minggu sebelumnya. Rata-rata nilai transaksi harian bursa turut melorot 7,09% dari Rp 12,92 triliun menjadi Rp 12 triliun.

Analis Investindo Nusantara Sekuritas Pandhu Dewanto menyoroti, selain sentimen negatif dari pasar global, tekanan juga datang dari capital outflow yang meningkat lebih dari Rp 1,1 triliun di pasar reguler. Transaksi yang relatif sepi menunjukkan pasar cenderung wait and see, menunggu kondisi yang lebih kondusif.

Data inflasi Amerika Serikat (AS) yang masih tinggi dikhawatirkan oleh pasar akan membuat The Fed melanjutkan kebijakan agresifnya hingga tahun depan. Hal ini kemungkinan juga akan diantisipasi oleh Bank Indonesia (BI) dengan menaikkan suku bunga.

Langkah itu berpotensi ditempuh, supaya dapat meminimalisasi tekanan nilai kurs rupiah, yang sejauh ini terus melemah.  Adapun, kurs rupiah saat ini sudah menembus level Rp 15.400 per dolar AS.

"Kemungkinan dalam jangka pendek akan mengurangi tekanan dari capital outflow terhadap IHSG, namun potensial upside-nya akan cenderung terbatas. Mungkin jika rupiah sudah mulai stabil, IHSG baru bisa melaju kembali," ujar Pandhu kepada Kontan.co.id, Minggu (16/10).

BI akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 19 Oktober - 20 Oktober 2022. Prediksi Pandhu, BI akan kembali menaikkan suku bunga acuan ke posisi 4,5% hingga 4,75%.

Artinya, Pandhu memperkirakan akan ada kenaikan 25 basis poins (bps) - 50 bps. Adapun pada bulan lalu, BI telah mengerek 7-Days Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 4,25%.

Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheryl Tanuwijaya menambahkan, rilis data penting terkait inflasi AS memberikan dampak yang signifikan bagi bursa saham. Pelaku pasar menjadi risk off mencermati data tersebut, yang akan menentukan seberapa besar kenaikan suku bunga The Fed berikutnya.

Dalam RDG BI nanti, Cheryl menebak, suku bunga akan naik 25 bps, sehingga disparitas suku bunga dengan AS tidak semakin jauh. "Koreksi yang terjadi di Indonesia karena terimbas sentimen negatif dari global. BI kemungkinan akan kembali menaikkan suku bunga dan hal ini bisa jadi sentimen positif," terangnya.

Analis Kanaka Hita Solvera Raditya Krisna Pradana turut melihat peluang kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps, menimbang tingkat inflasi yang sudah melaju ke level 5,95%. Hingga akhir tahun nanti, dia memprediksi BI masih akan mengerek suku bunga antara 25 bps - 50 bps untuk mengontrol laju inflasi.

CEO Edvisor.id Praska Putrantyo punya pandangan berbeda. Dia memprediksi BI7DRR masih akan terjaga di posisi 4,25% alias tidak ada kenaikan bulan ini. Sebab, kenaikan suku bunga bulan lalu sudah mengantisipasi laju inflasi per September 2022 yang hampir menembus level 6%.

Selain itu, Praska memproyeksikan kurs rupiah masih relatif stabil di kisaran Rp 15.000 - Rp 15.500, meskipun terjadi lonjakan yield obligasi AS 10 tahun ke atas 4%. "Dampak terhadap IHSG, terjadi tekanan karena lebih merespons pada sentimen regional yang diperkirakan melemah," kata Praska.

Hitungan Praska, IHSG sepekan ke depan masih cenderung melemah dengan bergerak di area 6.750 - 6.873. "Arus dana investor asing tampak masih melanjutkan aksi jual, diperkirakan masih memberatkan laju IHSG," imbuh Praska.

Setelah enam hari beruntun ditutup pada zona merah, Pandhu melihat IHSG masih membentuk candle bearish. Jika terjadi koreksi lanjutan, support kuat IHSG berikutnya diprediksi ada di kisaran 6.509 - 6.640, sedangkan resistance ada di 7.135.

Sementara itu, Raditya menghitung skenario terburuk penurunan IHSG bisa menyentuh area 6.500 - 6.600. Untuk skenario moderat, penurunan IHSG bisa tertahan di posisi 6.800. "Setelah koreksi ini terjadi, kami proyeksikan IHSG akan membuat new high-nya kembali," kata Raditya.

Sebagai pembuka, pada perdagangan Senin (17/10), Raditya melihat potensi rebound terbatas ke level 6.900 - 6.950. Untuk gerak selanjutnya, masih perlu konfirmasi apakah akan reversal di 6.800-an atau hanya rebound sesaat untuk kembali melemah ke level 6.500 - 6.600.

Rekomendasi Saham

Menimbang kondisi pasar saat ini, Raditya pun menyarankan pelaku pasar mencermati sektor konsumer non-siklikal dan sektor konstruksi. Alasannya, demand untuk emiten sektor siklikal diprediksi tidak akan berubah signifikan, lantaran mayoritas masyarakat akan fokus memenuhi kebutuhan pokok.

Untuk sektor konstruksi, secara historis revenue dan net income-nya akan mengalami peningkatan di kuartal keempat. "Juga fenomena akhir tahun, dimana pemerintah akan menyerap anggarannya untuk pembangunan," sebut Raditya.

Raditya pun memberikan rekomendasi buy untuk saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Mayora Indah Tbk (MYOR), PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI), dan PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk (KRYA).

Sedangkan Head of Research Analyst FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo menyoroti, di tengah koreksi yang terjadi saat ini, pelaku pasar bisa memanfaatkan momentum buy on weakness pada emiten berfundamental apik.

Terlebih, musim rilis laporan keuangan periode kuartal ketiga 2022 sudah dekat. Wisnu menyarankan pelaku pasar untuk mencermati kinerja dan pergerakan saham emiten perbankan, khususnya yang berkapitalisasi jumbo (big bank).

Pandhu menambahkan, selain perbankan, sektor komoditas juga ditaksir masih punya pertumbuhan laba yang relatif kuat pada kuartal ketiga. Musim rilis laporan keuangan itu bisa menjadi magnet investor dan kembali mengangkat IHSG.

Rekomendasi Pandhu, cermati saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Adaro Energy Indonesia (ADRO), PT Panin Financial Tbk (PNLF), dan PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN).

Cheryl juga memasukkan PNLF sebagai saham pilihan yang bisa dikoleksi dengan target harga di Rp 685 dan Rp 780. Saham lain yang menarik dikoleksi adalah PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) dan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL).

Sementara itu, Praska punya catatan. Menurutnya, jika ingin fokus pada jangka menengah-panjang, sebaiknya melakukan average down untuk mengantisipasi fluktuasi pasar saham ke depan yang masih dominan dibayangi sentimen negatif.

Praska juga menyarankan untuk memanfaatkan momentum  dengan strategi buy on weakness. Praska menjagokan saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Harum Energy Tbk (HRUM), dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Selanjutnya, Praska merekomendasikan saham PT United Tractors Tbk (UNTR), PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM).

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Konsumer INDF, ICBP, MYOR dan UNVR dari Analis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×