kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Transaksi derivatif menyeret anjlok kinerja BUMI


Selasa, 01 Oktober 2013 / 13:26 WIB
Transaksi derivatif menyeret anjlok kinerja BUMI
ILUSTRASI. Pegawai menunjukan emas Antam di Gerai Hartadinata Abadi Store, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Senin (25/4/2022). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/aww.


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina |

JAKARTA. Kendati kinerja operasional tumbuh, laporan keuangan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) tetap negatif. Dileep Srivastava, Direktur BUMI menyatakan, produsen batubara Keluarga Bakrie ini sejatinya mampu  menjual 39,6 juta ton batubara di semester I 2013, naik 22,9% dibandingkan periode sama tahun lalu.

Namun, perbaikan dari sisi volume ternyata tidak berimbas pada kinerja keuangan BUMI. Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2013 yang baru dirilis Senin (30/9), emiten batubara Keluarga Bakrie itu masih membukukan rugi bersih US$ 290,87 juta.
 
Rugi bersih BUMI memang turun 15,97% dibandingkan semester I 2012 yang tercatat US$ 346,16 juta. Tapi, perlu dicermati, penurunan rugi bersih bukan disebabkan oleh pertumbuhan kinerja operasional BUMI. 

Tengok saja, pendapatan BUMI di semester I 2013 masih turun 4,58% menjadi US$ 1,86 triliun dari periode sama 2012 yang US$ 1,95 triliun. Penyebab menciutnya rugi bersih BUMI  justru akibat jumlah rugi atas transaksi derivatif yang tak sebesar semester I tahun lalu. 

Kala itu, BUMI mesti puas menanggung rugi atas transaksi derivatif senilai US$ 145,83 juta. Nah, di semester I 2013, pos tersebut terisi lebih mini, yakni senilai US$ 87,41 juta. Perbaikan pos transaksi derivatif sebenarnya sudah dirasakan BUMI sejak kuartal I 2013 lalu.
 
Pada periode tersebut, BUMI bahkan meraih laba transaksi derivatif senilai US$ 1,42 juta. Padahal, pada kuartal I 2012, BUMI masih menderita rugi atas transaksi derivatif senilai US$ 16,22 juta. 

"Kami menghitung ulang (transaksi) derivatif khususnya yang terkait dengan CIC (China Investment Corporation) berdasarkan harga obligasi kami di pasar," terang Dileep kepada KONTAN, Selasa (1/10).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×