Reporter: Agustinus Beo Da Costa |
JAKARTA. Emiten perkapalan PT Trada Maritime Tbk (TRAM) mencatatkan rugi bersih US$ 30,68 juta pada tahun 2012. Rugi bersih TRAM ini terjadi karena penurunan nilai (impairment) atas sejumlah aset tetap dan juga membengkaknya biaya perusahaan.
Dalam rilisnya kepada Kontan, Senin (13/5) Sekretaris Perusahan Trada Maritim Asnita Kasmy mengatakan, penurunan nilai aset dimaksudkan agar laporan keuangan perseoran mencerminkan nilai wajar sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
Selain itu perseroan juga mencatat adanya kenaikan biaya-biaya sehubungan dengan perbaikan kapal (dry docking) maupun biaya-biaya terkait dengan penyelesaian asuransi FSO lentara Bangsa yang terbakar pada akhir 2011. Sementara itu, EBITDA perseroan pada tahun 2012 mencapai US$ 15,06 juta.
Meskipun merugi, pada tahun 2012 TRAM berhasil mengoperasikan tongkang akomodasi atau self propeller accomodation bargeĀ (SPAB) dan tanker pengangkut gas alam cair (LNG Carrier). Dengan demikian, ia menjadi perusahan Indonesia pertama pengangkut gas alam cair.
Selain itu , TRAM juga berusaha memperkuat segmen curah kering dengan menambah 10 set kapal tunda dan tongkang untuk pengangkutan batubara. Hingga awal 2013 ini, TRAM telah menerima 8 set kapal tunda dan tongkang. Harapannya, pada akhir Juli 2013 perseroan telah menerima seluruh 10 set kapal tunda dan tongkang yang dipesan.
TRAM juga sudah menandatangani kontrak pengangkutan batubara untuk jangka waktu 10 tahun dengan opsi perpanjangan kembali. Nilai kontrak pengangkutan batubara tersebut sebesar US$ 84 juta.
Di tahun 2013 ini, perseroan menetapkan strategi untuk lebih mengembangkan segmen curah kering (dry bulk) seiring dengan harapan industri batubara membaik dalam waktu dekat.
Maka, untuk tiga hingga empat tahun tahun ke depan, TRAM berencana memperkuat armada pengangkutan batubara dengan menambah hingga 30 set kapal tunda dan tongkang secara bertahap. Total nilai investasi yang direncanakan adalah sekitar US$ 125 juta . Dana ini akan berasal dari dana internal dan pinjaman perbankan.
Asnita menambahkan, TRAM juga sedang mempertimbangkan untuk mengakuisisi tambang batubara lewat anak usaha perseroan. Akusisi dilakukan lewat penyelesaian transaksi pembelian convertible notes. Meski demikian perseroan masih menunggu persetujuan RUPS Luar Biasa.
Asnita juga bilang, keterlambatan penyampaian laporan keuangan konsolidasi perseroan tahun 2012 ini terjadi karena penerapan PSAK 10 yang berlaku efektif pada 1 Januari 2012. Peraturan ini mewajibkan perseroan untuk menggunakan mata uang fungsional dalam penyajian laporan keuangan.
Dengan demikian, laporan keuangan TRAM yang sebelumnya menggunakan mata uang rupiah disajikan kembali dalam mata uang dollar Amerika Serikat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News