Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) punya agenda besar dalam rencana ekspansi anorganik. Emiten pelat merah ini bakal melaksanakan setidaknya 10 inisiatif merger dan akuisisi (M&A).
Reza Priyambada, analis Binaartha Parama Sekuritas menilai, TLKM tentunya mampu untuk merealisasikan rencana ini. Apalagi jika melihat posisi keuangannya saat ini yang masih terbilang kuat.
Sedikit gambaran, TLKM punya kas dan setara kas Rp 19 triliun per Juni 2017. Ruang TLKM untuk mencari pendanaan akuisisi melalui instrumen pinjaman juga masih cukup lebar.
Hal itu tercermin dari posisi utang bersih TLKM per Juni 2017 yang sebesar Rp 15,6 triliun. Jika dibandingkan dengan ekuitas TLKM senilai Rp 84,87 triliun maka akan muncul rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER) TLKM yang masih sekitar 0,18 kali.
Dari situ terlihat, TLKM menggelontorkan dana triliunan untuk sebuah akuisisi pun mampu. "Masalahnya, meskipun mampu tapi TLKM juga belum tentu mau," ujar Reza kepada KONTAN, Senin (7/8).
TLKM akan lebih logis jika mengakuisisi di level harga miliaran. Logikanya, akan lebih baik beli murah untuk kemudian dikembangkan hingga memiliki valuasi yang jauh lebih mahal.
Selain itu, lanjut Reza, terbebani atau tidaknya keuangan TLKM saat akuisisi nanti tergantung dari besarnya nilai akuisisi. Jadi, akuisisi yang dilakukan juga seharusnya tidak membuat keuangan TLKM justru menjadi tertekan. "Tapi pastinya, TLKM sudah berhitung supaya nanti kasnya tidak terlalu tertekan meski banyak ekspansi," jelas Reza.
Ia menambahkan, ekspansi anorganik yang dilakukan TLKM merupakan upaya mempertahankan penguasaan pangsa pasar, apalagi saat ini persaingan di industri telekomunikasi dan bisnis digital kian ketat. "Dengan asumsi pertumbuhan EPS ke depan antara 18%-20%, kami merekomendasikan buy dengan target harga Rp 5.250 per saham," jelas Reza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News