kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.948.000   47.000   2,47%
  • USD/IDR 16.541   37,00   0,22%
  • IDX 7.538   53,43   0,71%
  • KOMPAS100 1.059   10,21   0,97%
  • LQ45 797   6,35   0,80%
  • ISSI 256   2,43   0,96%
  • IDX30 412   3,30   0,81%
  • IDXHIDIV20 468   1,72   0,37%
  • IDX80 120   1,05   0,88%
  • IDXV30 122   -0,41   -0,34%
  • IDXQ30 131   0,79   0,61%

Tips Berinvestasi Reksadana ala CEO STAR AM Reita Farianti


Sabtu, 23 April 2022 / 13:38 WIB
Tips Berinvestasi Reksadana ala CEO STAR AM Reita Farianti
ILUSTRASI. Chief Executive Officer Surya Timur Alam Raya (STAR Asset Management) Reita Farianti.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

Sesuaikan Profil Risiko

Setelah memasuki usia kepala lima, Reita kini sudah menyesuaikan keranjang investasinya sesuai dengan profil risikonya. Jika sebelumnya ia menjadikan reksadana saham sebagai porsi terbesar, kini reksadana pendapatan tetap dan reksadana terproteksi jadi portofolio utamanya. Ia bilang, porsinya sekitar 50%. Sementara 25% ditempatkan di reksadana saham, lalu 15% untuk reksadana pasar, dan sisanya untuk polis asuransi.

Hal ini berbeda dengan keranjang investasi sebelumnya di mana porsi reksadana saham mencapai 40%, lalu 10% digunakan untuk trading saham. Berikutnya, reksadana pendapatan tetap sebesar 30%. Sementara untuk reksadana pasar uang dan asuransi masing-masing 10%.

“Sejauh ini, tujuan investasi kan sudah banyak yang tercapai, jadi sekarang fokusnya lebih untuk melindungi nilai investasi saja. Apalagi, profil risiko sekarang juga sudah tidak lagi agresif dulu,” terang wanita lulusan Universitas Padjadjaran ini.

Lebih lanjut, Reita mengungkapkan kebanyakan reksadana pendapatan tetapnya saat ini merupakan yang berbasis obligasi korporasi. Menurutnya, jenis ini kinerjanya lebih stabil, tidak seperti yang berbasis obligasi negara yang cenderung volatile.

Baca Juga: Agar Tidak Boros Menggunakan THR, CEO Indodax Tawarkan Investasi Kripto

Sementara untuk reksadana saham, ia juga memilih yang pengelolaannya pasif, alias reksadana berbasis indeks. Senada, alasan kinerja yang jauh lebih stabil jadi alasan utama baginya memilih instrumen tersebut.

Bagi Reita, dalam berinvestasi mengenali profil diri sendiri dan instrumen investasi yang dimiliki adalah hal yang paling penting. Untuk profil diri misalnya, menurutnya, investor harus tahu profil risiko, time horizon, hingga tujuan investasinya.

Sementara untuk mengenali instrumen investasi, maksudnya adalah tahu soal karakteristik sebuah instrumen. Oleh karena itu, seorang investor harus melakukan riset terlebih dahulu agar mengetahui karakteristiknya secara menyeluruh. Jangan sampai memilih instrumen hanya sebatas ikut-ikutan.

Self assess itu paling utama, selalu ukur kemampuan dan batasan diri sendiri. Jangan sampai terayu ajakan dan bujukan orang lain dalam mengambil keputusan investasi,” katanya.

Kini, dengan industri reksadana yang sudah semakin matang dan beragam, serta informasi semakin tak terbatas, maka investor justru harus semakin jeli dalam mengambil keputusan. Reita menyarankan investor untuk memulai berinvestasi pada platform yang kredibel. Lalu, pilih reksadana yang memperlihatkan konsistensi dari sisi kinerjanya.

Setelah itu, pilih produk yang paling sesuai dengan risk profile, tujuan investasi, dan time horizon.

“Bagi investor pemula, tak ada salahnya memiliki reksadana saham, namun sesuaikan dengan toleransi risiko. Jika konservatif, bisa pilih yang berbasis indeks, jika agresif, maka pilih yang produknya banyak berisikan saham alpha seeker,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×