kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tiongkok rayakan Imlek, harga CPO berpotensi naik


Senin, 19 Januari 2015 / 17:43 WIB
Tiongkok rayakan Imlek, harga CPO berpotensi naik
ILUSTRASI. Astra mengadakan loma lari Astra Half Marathon 2023 pada 5 November mendatang. Acara ini sekaligus mengkampanyekan gaya hidup sehat dan menjaga lingkungan. Lewat komunitas pelari perusahaan Grup Astra, Astra mengadakan lomba lari Astra Half


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Tedy Gumilar

JAKARTA. Harga minyak sawit alias Crude Palm Oil (CPO) diprediksi masih memiliki otot untuk bergerak naik dalam satu hingga dua bulan ke depan. Cuaca buruk dan potensi kenaikan permintaan menjelak perayaan Imlek menjadi sentimen utama yang bisa mendorong harga CPO. 

 
Berdasarkan data Bloomberg, Senin (19/1) pukul 16.56 WIB, harga CPO di Bursa Derivatif Malaysia (MDE) untuk pengiriman Maret 2015 menguat tipis 0,04% ke level RM 2.330 per ton. Zulfirman Basir, Analis PT Monex Investindo Futures mengatakan, harga CPO memang dalam masa konsolidasi.
 
Namun, hal itu bukan berarti CPO sudah kekurangan tenaga untuk bergerak naik. Zulfirman bilang, CPO justru sedang banyak dilingkupi sentimen positif yang dapat mendongkrak kenaikan harga. 
 
Cuaca buruk di Indonesia dan Malaysia sebagai dua negara eksportir terbesar menjadi faktor utama yang dapat mendorong kenaikan harga CPO. Pada Januari hingga Maret nanti, hampir seluruh wilayah di dua negara ini diprediksi diguyur hujan dengan intensitas tinggi.
 
Kondisi ini bisa menghambat stabilitas produksi CPO. "Apalagi beberapa daerah di Indonesia dan Malaysia juga sering dilanda banjir sehingga aktivitas produksi dapat terhambat," terang Zulfirman, Senin (19/1). 
 
Sebaliknya, permintaan CPO justru berpotensi naik terutama dari China yang notabene importir terbesar dunia. Pada akhir Januari hingga Februari, China biasanya meningkatkan permintaan CPO guna memenuhi kebutuhan konsumsi pada masa perayaan Tahun Baru Imlek. 
 
Otot penguatan CPO juga berasal dari kebijakan pemerintah Indonesia dan Malaysia. Dua negara ini mempertahankan kebijakan bea keluar ekspor 0% untuk CPO. Insentif ini menjadi peredam kekhawatiran investor akan melimpahnya persediaan CPO di Indonesia dan Malaysia. 
 
"Dengan melihat sentimen yang ada, penguatan rupiah dapat terjaga dalam 1-2 bulan ke depan," ungkap Firman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×