kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tidak bagi dividen saham GGRM turun Rp 5.000, JPMorgan menyarankan beli


Jumat, 04 September 2020 / 09:05 WIB
Tidak bagi dividen saham GGRM turun Rp 5.000, JPMorgan menyarankan beli
ILUSTRASI. Jajaran direksi PT. Gudang Garam Tbk. Heru Budiman (ke dua kanan), bersama Slamet Budiono (kanan), Herry Susianto (kiri), dan Istata Taswin Siddharta (ke dua kiri) menjawab pertanyaan wartawan saat konferensi pers Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT. Guda


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) pada rapat umum pemegang saham tahunan pada Jumat lalu, 28 Agustus tidak membagikan dividen di tahun ini. Keputusan ini berbeda dengan yang diproyeksikan oleh analis. 

JPMorgan semula menargetkan GGRM bisa membagi dividen Rp 2.600 per saham setara dengan dividen yield 5%. Asumsi ini dipakai karena sama seperti dua tahun sebelumnya. 

Baca Juga: Tidak membagikan dividen, asing menjauhi saham GGRM sepekan terakhir

Akibatnya, harga saham saat pengumuman tersebut, turun 5% persis menyiratkan dividen yang awalnya kami harapkan. "Keputusan Gudang Garam untuk tidak membagikan dividen cukup mencengangkan mengingat kami hanya mengharapkan dividen secara tahunan mendatar," jelas analis JPMorgan Benny Kurniawan, Henry Wibowo dan Jeanette Yutan dalam riset 31 Agustus 2020.

Padahal laba bersih setelah pajak GGRM pada tahun lalu masih tumbuh 40% secara tahunan. Tak hanya itu, GGRM juga berhasil mengatasi dampak Covid 19 lebih baik daripada pesaingnya, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP). 

Gudang Garam (GGRM) juga memiliki arus kas yang cukup untuk membayar dividen bahkan setelahnya menghabiskan belanja modal sebesar Rp 3 triliun - Rp 4 triliun untuk proyek bandara. "Namun demikian, kami akan melihat ada keuntungan bagi Gudang Garam untuk tetap menyimpan uang tunai selama tahun yang luar biasa ini yakni adanya Covid 19 dan kenaikan cukai 23% secara tahunan," terang Analis JPMorgan. 

Baca Juga: Proyek Bandara Kediri terus berjalan, Gudang Garam (GGRM) gelontorkan Rp 2,5 triliun

Namun ini merupakan langkah yang belum pernah ada sebelumnya dalam 30 tahun terakhir. GGRM tidak membayar dividen hanya pada tahun 2001. "Oleh karena itu, kami yakin dividen akan kembali dibayar di tahun depan jika situasi Covid membaik dan kenaikan pajak cukai mulai wajar," ujar JPMorgan. Tahun depan, JPMorgan mengharapkan kenaikan cukai 8% secara yoy per batang. 

JP Morgan percaya, pembatalan dividen telah diperhitungkan dengan penurunan harga saham Jumat. Harga saham GGRM turun 1,58% menjadi Rp 46.750 per saham pada Kamis (3/9). Jika dihitung sejak sebelum RUPS dimulai 27 Agustus 2020, harga saham GGRM telah turun 9,92% dari Rp 51.900 per saham.

JP Morgan tetap memasang overweight saham GGRM karena ada potensi penurunan harga saham lebih lajut Sehingga saham GGRM saat ini diperdagangkan pada PER 9 kali untuk tahun 2021 dibandingkan 12-13 kali dalam setahun terakhir. 

"Kami yakin, GGRM akan membagikan dividen tahun depan jika situasi kembali normal di Indonesia, terutama tren pembayaran dividen sebelum Covid telah menunjukkan peningkatan dalam 7 tahun terakhir," jelas Analis JPMorgan. 

Baca Juga: Gudang Garam (GGRM) Terimpit Pandemi dan Kenaikan Tarif Cukai Rokok

JP Morgan dalam riset bahkan mengaku akan menjadi pembeli saham GGRM jika harga saham jatuh lebih dari pembayaran dividen tersirat Rp 2.600 per saham. GGRM berlanjut untuk mendapatkan pangsa pasar pada kinerja portofolio tar tinggi yang kuat. 

GGRM saat ini diperdagangkan pada di tahun 2021 relatif tidak menuntut dibandingkan dengan rata-rata historis satu tahun di 12-13 kali. Pada tahun ini, draf anggaran pemerintah menunjukkan peningkatan pemungutan cukai hanya 4% secara yoy untuk tahun 2021, lebih rendah dari tahun ini. 

Akibatnya, JPMorgan yakin, pendapatan GGRM akan meningkat 19% di tahun depan. Ini didorong kenaikan harga jual rata-rata, kenaikan pajak cukai serta lingkungan harga cengkeh yang rendah. "Kami yakin kenaikan pajak cukai akan kurang dari dua kali lipat dalam jangka menengah, mengingat inflasi di Indonesia telah menurun selama lima tahun terakhir," ujar JPMorgan. 

Kami juga percaya Pemerintah akan bersikap rasional dalam memutuskan kenaikan tersebut, mengingat industri tembakau menyerap 3%-4% tenaga kerja Indonesia. GGRM secara khusus adalah perusahaan penerima manfaat utama dari peralihan baru-baru ini kembali ke rokok full flavor, mengingat portofolionya adalah sebagian besar rasa sentris. 

Baca Juga: Ini kelanjutan pembangunan bandara Kediri oleh Gudang Garam (GGRM)

JPMorgan juga melihat kemampuan GGRM mempertahankan pangsa pasarnya meskipun ada kenaikan pajak cukai di tahun ini tindakan yang bagus. GGRM memperkirakan, keuntungan pangsa pasar akan terus berlanjut di tahun 2021. 

Secara agregat, profil pertumbuhan pendapatan GGRM, digabungkan dengan penilaian yang wajar relatif terhadap rekan-rekan di kawasan itu menarik dan menurut pandangan GGRM akan menjamin keputusan mempertahankan posisi overweight. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×