Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Gejolak ekonomi global jadi penyebab tersungkurnya USD di hadapan yen di perdagangan hari ini. Mengutip Bloomberg, Kamis (13/10) pukul 17.15 WIB pairing USD/JPY pun merosot 0,33% ke level 103,87 dibanding hari sebelumnya.
Suluh Adil Wicaksono, Analis PT Cerdas Berjangka Indonesia menuturkan pelemahan USD/JPY lebih disebabkan daya tarik yen sebagai safe haven yang lebih besar. Dengan kondisi ekonomi global yang serba tidak pasti seperti ini, pasar memilih yen untuk berlindung. Ditambah lagi memang sajian data ekonomi Jepang cukup memuaskan pasar.
Data aktivitas industri Jepang Agustus 2016 dirilis di angka 0,0% atau lebih baik dari dugaan pasar yakni minus 0,2%. “Sehingga untuk jangka pendek ini yen berpotensi jaga keunggulannya atas USD meski terbatas,” ujar Suluh.
Sebab dari sisi USD, sebenarnya hasil notulensi FOMC bulan lalu yang baru rilis menunjukkan desakan para pejabat The Fed akan urgensi kenaikan suku bunga dalam waktu dekat. Ini juga berhasil mendongkrak probabilitas kenaikan suku bunga di Desember 2016 nanti dari 59% menjadi 67%. Namun pamor USD memang sedang kalah dibanding yen.
Ditambah lagi data pembukaan lapangan kerja AS Agustus 2016 dirilis lebih buruk dari prediksi yang bisa mencapai 5,79 juta yakni hanya 5,44 juta. Hal ini menambah beban pergerakan bagi USD selain tekanan dari aksi global pelaku pasar. "USD sedang ada beban," kata Suluh.
Suluh memprediksi pasangan USD/JPY berpotensi menjaga penguatannya. “Walau tetap dalam rentang sempit karena USD secara fundamental masih terangkat oleh spekulasi kenaikan Fed Fund Rate,” kata Suluh.
Dugaan ini berlandaskan pada prediksi data klaim pengangguran mingguan AS yang diprediksi membengkak dari 249.000 orang menjadi 252.000 orang seperti dugaan pasar. Tentunya itu akan semakin menambah beban bagi the greenback yang membuatnya lemah.
Sebab dari Jepang sendiri data ekonomi diprediksi masih akan positif. Salah satunya yakni harga barang yang dijual oleh korporasi yang diprediksi membaik dari bulan sebelumnya di minus 3,6% menjadi minus 3,2%. “Jika data kontras, penguatan tipis terjaga,”tebak Suluh.
Tapi tetap harus diwaspadai koreksi jika spekulasi kenaikan suku bunga The Fed merebak lagi di pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News