Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuannya pada pertemuan kebijakan yang digelar Rabu (13/12) pada kisaran 5,25%-5,5%.
Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan mengatakan, keputusan The Fed tersebut sudah sesuai dengan ekspektasi atau proyeksi pasar. Dengan demikian, minat pasar pasar atau instrumen investasi saham akan meningkat.
"Dengan ekspektasi inflasi yang terus melandai ke depan, sehingga The Fed akan menahan atau bahkan akan menurunkan suku bunga," kata Alfred kepada Kontan.co.id, Kamis (14/12).
Menurut dia, investor ritel, institusi, domestik, atau bahkan asing akan memperbesar porsi aset berisiko seperti saham. Adapun, sentimen besar lainnya yaitu konflik yang hingga saat ini masih berlangsung, yang dinilai semakin memperbesar eksposurnya terhadap stabilitas global.
Baca Juga: IHSG Melonjak ke 7.176 Hari Ini (14/12), Net Buy Asing Rp 2,3 T di Saham Big 4 Banks
"Kalau melihat level saat ini yang mulai mendekati level psikologis 7.200, kami optimistis IHSG di Desember 2023 ini akan ditutup di atas 7.080 atau di bulan Desember ini IHSG akan mencatatkan return positif," tutur Alfred.
Dengan potensi penurunan suku bunga, maka akan memompa perekonomian, artinya, hal ini akan ikut mendorong pertumbuhan para emiten dan tentu berimbas ke harga sahamnya.
Untuk tahun depan, Alfred optimistis IHSG akan menembus all time high yaitu 7.377. Meskipun masih terdapat sentimen yang perlu diwaspadai seperti eskalasi perang (Paletina vs Israel & Ukraina vs Rusia), potensi peningkatan kasus Covid-19 yang kembali meningkat dan stabilitas politik dalam negeri (Pemilu).
Para trader memperkirakan suku bunga kebijakan The Fed akan mulai turun pada bulan Maret dan suku bunga kebijakan pada akhir tahun 2024 akan berada sekitar 1,5% di bawah kisaran saat ini yaitu 5,25%-5,50%.
Baca Juga: Pasar Lebih Fluktuatif, Samuel Sekuritas Ramal IHSG Capai Level 7.600 pada Akhir 2024
Direktur Utama Kiwoom Sekuritas Indonesia Chang-kun Shin mengatakan, penurunan suku bunga akan terus berlanjut pada kuartal ketiga dan keempat 2024, dengan kemungkinan suku bunga akan turun ke level 4,5% pada akhir tahun 2024.
"Saham-saham yang berpotensi diuntungkan dari penurunan suku bunga The Fed adalah saham-saham yang sensitif terhadap suku bunga, seperti saham perbankan, asuransi, properti dan real estat," ungkap Shin kepada Kontan.co.id, Kamis (14/12).
Shin bilang, saham-saham tersebut akan lebih murah karena biaya pinjaman yang lebih rendah. Untuk saham yang terpantau akan menuju all time high yaitu, saham perbankan big caps seperti BBNI, BBRI, BMRI, dan BBCA.
Shin melihat prospek saham-saham tersebut selalu positif. Tetapi investor perlu memperhatikan beberapa faktor. Pertama, penurunan suku bunga The Fed akan menguntungkan saham-saham tersebut, tapi investor perlu memperhatikan potensi kenaikan suku bunga lagi di masa depan.
Baca Juga: IHSG Hari Ini Terbang, Intip Proyeksinya dan Rekomendasi Saham untuk Besok
Kedua, inflasi yang tinggi dapat menekan margin keuntungan perusahaan, sehingga dapat berdampak negatif terhadap kinerja saham-saham tersebut. Ketiga, perlambatan ekonomi dapat mengurangi permintaan produk dan jasa, sehingga dapat berdampak negatif terhadap kinerja saham-saham tersebut.
"Selain suku bunga The Fed, ada beberapa sentimen pasar saham yang perlu dicermati investor, antara lain, inflasi, perlambatan ekonomi, geopolitik dan pemilihan umum 2024," lanjut dia.
Untuk saham pilihan 2024, Alfred merekomendasikan saham properti seperti PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dengan target harga Rp1.360 per saham, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dengan target harga Rp 840 per saham, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dengan target harga Rp 138 per saham.
Lalu, di sektor telekomunikasi, Alfred merekomendasikan saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan target harga Rp 4.850 per saham. Sektor perbankan, pada saham BBRI dengan target harga Rp 6.575 per saham, BBNI dengan target harga Rp 6.475 per saham, dan BBTN dengan target harga Rp 1.600 per saham.
Terakhir, pada sektor consumer cyclical dan noncyclical, PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) dengan target harga Rp 2.900 per saham, PT Astra International Tbk (ASII) dengan target harga Rp 6.950 per saham, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dengan target harga Rp 2.850 per saham, dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dengan target harga Rp 7.600 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News