kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tertekan penurunan harga, kinerja emiten batubara melorot di kuartal III 2019


Sabtu, 02 November 2019 / 08:29 WIB
Tertekan penurunan harga, kinerja emiten batubara melorot di kuartal III 2019
ILUSTRASI. Suasana penambangan batubara menggunakan bucket wheel escavator di lokasi penambangan batubara PT. Bukit Asam (PTBA) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan (20/5). Beberapa emiten batubara mencatatkan penurunan laba dan pendapatan di kuartal III 2019 seiring


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten pertambangan batubara telah merilis hasil kinerja untuk periode kuartal III 2019. Hasilnya, beberapa emiten mencatatkan penurunan laba dan pendapatan. Bahkan, ada yang mencatatkan kerugian.

PT Bukit Asam Tbk (PTBA, anggota indeks Kompas100) misalnya, pada kuartal III 2019 labanya anjlok 21,08% menjadi Rp 3,10 triliun. Meski demikian, pendapatan PTBA naik 1,36% menjadi Rp 16,25 triliun.

Baca Juga: IHSG terkoreksi karena investor profit taking, begini prediksinya pekan depan

Sekretaris Perusahaan Bukit Asam, Suherman, mengatakan penurunan tersebut disebabkan oleh pelemahan harga batubara Indeks Newcastle (GAR 6322 kkal/kg) pada bulan September sebesar 25% US$ 81,3 per ton dari US$ 108,3 per ton untuk periode yang sama tahun lalu.

Begitu pula dengan indeks harga batubara thermal Indonesia (Indonesian Coal Index/ICI) GAR 5000 yang pada September 2019 melemah 21% menjadi US$ 50,8.

Nasib yang sama dialami oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang labanya tergerus 63% menjadi US$ 76,07 juta. Di saat yang sama, pendapatan BUMI tercatat sebesar US$ 751,85 juta atau turun 8,85%. Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava mengatakan, harga batubara masih menjadi tantangan bagi kinerja BUMI.

“Harga menjadi tantangan karena perang dagang dan dampak negatifnya, dibarengi dengan penundaan izin impor batubara Australia oleh China telah membuat ketidakseimbangan supply dan demand yang tercermin dari jatuhnya benchmark Indeks GCNEWC,” ujar Dileep kepada Kontan.co.id, Jumat (1/11).

Sementara itu, penurunan harga batubara juga menjegal kinerja emiten alat berat, salah satunya PT United Tractors Tbk (UNTR, anggota indeks Kompas100). Per September 2019, volume penjualan alat berat Komatsu tercatat sebanyak 2.568 unit atau turun 30% jika dibandingkan periode yang sama tahun 2018 sebanyak 3.681 unit.

Baca Juga: BEI membuka kembali perdagangan saham Maha Properti (MPRO) setelah cooling down

Penurunan tersebut disebabkan oleh melemahnya penjualan alat berat dari sektor pertambangan dan perkebunan.

Selain itu, penjualan produk merek lainnya yaitu UD Trucks juga turut mengalami penurunan dari 624 unit menjadi 387 unit. Hal yang sama juga terjadi pada penjualan produk Scania yang turun menjadi 382 unit. Padahal, UNTR berhasil menjual 683 unit Scania pada kuartal III 2018.

Manajemen UNTR mengklaim, penurunan penjualan UD Trucks dan Scania karena terpengaruh penurunan harga batubara dimana kedua produk tersebut banyak digunakan di sektor pertambangan.

Meski demikian, unit usaha UNTR di bidang kontraktor penambangan yang dijalankan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA) membukukan kenaikan pendapatan bersih sebesar 4% menjadi Rp30,0 triliun. PAMA juga mencatat peningkatan volume produksi batu bara dari 90,5 juta ton menjadi 96,4 juta ton.

Emiten jasa kontraktor pertambangan batubara juga ikut terimbas penurunan harga batubara. PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID, anggota indeks Kompas100) membukukan laba bersih sebesar US$ 28,15 juta pada kuartal III 2019 atau merosot 43.5% bila dibandingkan realisasi kuartal III 2018 sebesar US$ 49,80 juta.

Meski demikian, pendapatan emiten ini mengalami kenaikan menjadi US$ 690,33 juta. Pendapatan DOID naik sebesar 8,3% dibandingkan realisasi periode yang sama tahun lalu.

Baca Juga: Ginting Jaya Energi tetapkan harga pelaksanaan IPO sebesar Rp 450 per saham

Kepada Kontan.co.id, Head of Investor Relations Delta Dunia Makmur Regina Korompis mengatakan, salah satu penyebab turunnya laba DOID adalah turunnya harga batubara. “Karena harga batubara tahun lalu dengan tahun ini berbeda,” ujarnya, Rabu (30/10).

Nasib berbeda dialami oleh PT Indika Energy Tbk (INDY, anggota indeks Kompas100). Pada kuartal III 2019, pendapatan emiten anggota Kompas 100 ini turun 4,6% menjadi US$ 2,08 miliar. INDY juga harus mengalami kerugian sebesar US$ 8,6 juta. Padahal, pada kuartal III 2018, INDY masih menikmati laba bersih senilai US$ 112,20 juta.

Managing Director sekaligus CEO Indika Energy Aziz Armand mengatakan, harga batubara yang terus melemah menjadi penekan kinerja perusahaan. “Faktor eksternal yaitu pelemahan harga batubara yang berkelanjutan di tahun 2019 memberi dampak terhadap kinerja keuangan Indika Energy,” ujar Aziz dalam keterangannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×