Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kabar gembira akan segera datang bagi industri perbankan. Era suku bunga tinggi bakal segera berakhir dimulai dengan bank sentral AS, The Fed, yang kemungkinan besar akan menurunkan suku bunga acuannya pada Federal Open Market Committee (FOMC), besok (18/9).
Adapun, ekspektasi para analis terhadap penurunan suku bunga acuan The Fed akan terjadi dalam pertemuan bulanan tersebut sebanyak 25 basis poin (bps). Jika benar terjadi, ini merupakan pemangkasan pertama yang dilakukan The Fed sejak 2020.
Hal tersebut pun menjadi angin segar bagi saham-saham perbankan dalam negeri. Pada penutupan perdagangan Selasa (17/9), mayoritas pergerakan saham perbankan mengalami penguatan, baik itu bank konvensional, bank syariah, hingga bank digital.
Baca Juga: Ada Sentimen Insentif Pajak & Pemangkasan Suku Bunga, Cek Rekomendasi Saham Properti
Ambil contoh, saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) terjaga menguat 8,39% ke level Rp 3.100 dari hari perdagangan sebelumnya, dan tumbuh 78,16% secara year to date (ytd). Bank berkode saham BRIS itu juga sempat mencetak rekor all time high (ATH) pasca merger yaitu di level Rp 3.180 per saham pada perdagangan sesi pertama.
Dari bank big caps, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) memimpin pertumbuhan paling tinggi di perdagangan hari ini. Bank berlogo pita emas ini mengalami penguatan 2,06% dari perdagangan hari sebelumnya menjadi Rp 7.425 per saham.
Tak mau kalah, penguatan juga terjadi mayoritas saham-saham bank digital yang dipimpin oleh PT Bank Jago Tbk (ARTO). Di mana, bank digital yang tergabung dalam ekosistem Goto ini mengalami kenaikan 6,41% menjadi Rp 2.990 per saham.
Baca Juga: Kinerja Emiten Konstruksi Dibayangi Suku Bunga, Cek Rekomendasi Saham TOTL dan NRCA
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia Adityo Nugroho mengungkapkan jika penurunan suku The Fed diikuti dengan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) tentunya akan berdampak positif bagi industri perbankan tanah air. Sebab, bank berpeluang mengerek Net Interest Margin (NIM) nya.
Seperti diketahui, kala era suku bunga tinggi, perbankan banyak tertekan dengan membengkaknya cost of fund. Alhasil, NIM perbankan pun mau tidak mau mengalami penurunan.
“Jika BI rate turun, maka perbankan akan mengerek turun suku bunga deposito dan tabungan terlebih dahulu sebelum melakukan pemangkasan suku bunga kreditnya,” ujar Adityo.
Baca Juga: BI Tahan Suku Bunga, Ini Rekomendasi Saham Pilihan di Tengah Momentum Rebound IHSG
Tak hanya secara fundamental, Adityo melihat bank bisa jadi diuntungkan terkait pergerakan harga sahamnya, setidaknya untuk jangka panjang. Di mana, ada beberapa bank besar seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang belum mencapai puncak harga pada Maret 2024 lalu.
“Cuma kalau pergerakan saham kita ngak tahu nih, bisa jadi malah sell on news kan?,” ujarnya kepada KONTAN, Selasa (17/9).
Sementara itu, Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus melihat meskipun ada ruang penguatan harga saham perbankan, perlu diperhatikan pula akan rawan terjadi koreksi.
Sehingga, ia mengingatkan bahwa yang harus diperhatikan adalah keberlanjutan dari momentum itu sendiri. Harapannya bisa menjaga penguatan harga saham-saham perbankan untuk bisa terus mengalami kenaikan.
Untuk jangka panjang sendiri, Nico melihat saham perbankan secara valuasi masih memberikan potensi naik. Menurutnya, sejauh ini saham-saham finansial terlihat menarik untuk bisa melakukan akumulasi.
Baca Juga: Terimbas Efek Buruk Kenaikan Suku Bunga, Ini Rekomendasi Saham Emiten Otomotif
Hanya saja, ia mengingatkan bagi investor yang baru masuk, lebih baik untuk memperhatikan momentum dan resistensinya. Sebab, ada kekhawatiran berpotensi terjadi sell on news pada saat The Fed memangkas tingkat suku bunga.
“Apabila saham saham big caps terlihat mulai sulit untuk bergerak naik, saham saham bank lainnya seperti BNGA, BBTN, bisa menjadi pilihan,” ujarnya.
Dari analisa teknikal, analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menjelaskan bahwa secara historis, pada saat ada pemangkasan suku bunga, maka pergerakan bursa saham justru akan cenderung terkoreksi, terlebih IHSG sudah menguat cukup signifikan dan membentuk adanya ATH.
Baca Juga: Terdampak Suku Bunga, Simak Rekomendasi Saham Konstruksi: ACST, ADHI, PTPP dan BUKK
Untuk emiten perbankan sendiri, ia melihat secara sektoral dan teknikal penguatannya diperkirakan sudah relatif terbatas. Artinya, potensi terkoreksi untuk saham-saham perbankan cukup terbuka.
“Apabila ditanyakan perihal emiten perbankan yang menarik, dapat dicermati ARTO, BRIS, AGRO, BBRI, dan BBNI,” ujarnya.
Dengan adanya potensi penurunan suku bunga The Fed, Direktur Utama BSI Hery Gunardi menyambut baik hal tersebut. Ia meyakini aksi The Fed tersebut akan diikuti oleh penurunan suku bunga acuan BI.
Baca Juga: Pasar Masih Mencermati Arah Suku Bunga, Simak Rekomendasi Saham Hari Ini
“Artinya DPK juga pricing-nya akan turun. Dan bank akan punya keleluasaan untuk menghimpun DPK yang lebih,” ujar Hery saat ditemui di Jakarta, Selasa (17/9).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News