Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan di level 6,25% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung 19 Juni - 20 Juni 2024. Bersamaan dengan langkah BI ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mendaki.
IHSG menembus level 6.800 usai bergerak di zona hijau sepanjang perdagangan Kamis (20/6). IHSG ditutup menguat 92,40 poin atau melejit 1,37% ke posisi 6.819,32. Saham big bank kompak menanjak dan mengisi barisan saham penggerak IHSG.
Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo mengatakan keputusan RDG BI kali ini tidak sesuai dengan ekspektasinya. Sebelumnya dia memperkirakan BI akan mengerek suku bunga untuk menjaga nilai tukar rupiah.
Baca Juga: Kembali ke Atas 6.800, Intip Prediksi IHSG & Rekomendasi Saham Hari Ini (21/6)
Adapun, kurs rupiah kembali melemah, dan menembus level Rp 16.430 per dolar Amerika Serikat. "Walau begitu sikap BI yang menahan suku bunga tampak direspons positif dengan naiknya sektor perbankan," kata Aziz saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (20/6).
Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas Alrich Paskalis Tambolang menimpali, langkah BI menahan suku bunga acuan sesuai dengan ekspektasi pasar. Stabilitas suku bunga dapat memberikan kepastian bagi pelaku usaha dan investor.
Dengan suku bunga yang tetap, biaya pinjaman tidak naik, sehingga tidak membebani korporasi dan konsumen.
"Ini juga berarti BI tidak melihat adanya tekanan inflasi atau kurs rupiah yang memerlukan kenaikan suku bunga," terang Alrich.
Kekhawatiran terhadap risiko ketidakpastian mulai mereda, sekaligus dapat memicu optimisme pasar. Dus, suku bunga yang stabil berpotensi menarik kembali capital inflow.
"Karena kebijakan tersebut membangun pandangan yang optimis terkait stabilitas nilai tukar rupiah dan outlook ekonomi ke depan," imbuh Alrich.
Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina sepakat, keputusan BI menahan suku bunga sesuai dengan perkiraan konsensus. Langkah ini mengirimkan sinyal bahwa BI cukup percaya diri nilai tukar rupiah akan kembali menguat.
"Secara umum, semua sektor akan menguat seiring ditahannya BI-Rate, namun dampak terbesar akan dirasakan saham sektor perbankan yang terpapar sentiment positif," kata Martha.
Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus mengamati dua katalis utama yang mendorong IHSG. Selain karena kebijakan BI, pasar juga sudah mengalami kondisi jenuh jual sehingga mendorong technical rebound pada IHSG.
Baca Juga: Direvisi, Aturan Baru Papan Pemantauan Khusus Berlaku Jumat (21/6)
Meski begitu, IHSG masih belum sepenuhnya lepas dari tekanan, terutama imbas dari capital outflow. Daniel menaksir hingga akhir Juni IHSG akan bergerak di sekitar level support 6.680 dan resistance di 6.860.
Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto punya pandangan serupa bahwa sudah terjadi jenuh jual usai IHSG terjun pada lima perdagangan beruntun. Sehingga memicu rebound, hasil dari dominasi pihak pembeli dan potensi investor asing melalukan aksi beli (net buy).
William melihat IHSG berpotensi menguji support 6.721 dan level resistance di 6.887 hingga pekan depan. Dalam situasi ini, pelaku pasar bisa mengintip peluang buy on weakness atau trading buy.
William menyarankan trading buy untuk saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI),dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA). Kemudian buy on weakness saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).
Azis memandang peluang rebound jangka pendek IHSG dengan support di 6.784 - 6.750 dan resistance pada 6.866 - 6.900. Azis merekomendasikan saham di sektor komoditas, menimbang pelemahan rupiah bisa berdampak positif bagi emiten berbasis komoditas.
Baca Juga: Melejit 1,37% Usai BI Tahan Suku Bunga, Begini Arah IHSG & Rekomendasi Saham Unggulan
Sebagai pilihan jangka pendek, Azis melirik saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan BBRI sebagai pilihan trading. Pelaku pasar bisa mempertimbangkan target harga Rp 9.550 - Rp 9.700 untuk BBCA, dan Rp 4.400 - Rp 4.420 untuk BBRI.
Sementara itu, Alrich menaksir IHSG berpotensi rebound ke resistance terdekat di 6.900. Alrich menjagokan saham BMRI (target harga: Rp 6.275 - Rp 7.000), BBNI (target: Rp 4.600 - Rp 5.200), BBRI (target: Rp 4.400 - Rp 5.000), BBCA (target: Rp 9.800 - Rp 10.000) dan TLKM (target: Rp 3.100 - Rp 3.400).
Daniel menyoroti peluang untuk jangka panjang dengan mengoleksi saham big bank yang sudah terdiskon. Daniel memilih saham BBRI, BMRI dan BBNI. Sedangkan Martha menyarankan untuk melirik saham emiten berfundamental kuat.
Pada akhir Juni ini, pelaku pasar mulai bisa mengantisipasi rilis kinerja kuartal II-2024. Martha merekomendasikan saham BBCA, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News