CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.482.000   -35.000   -2,31%
  • USD/IDR 15.774   -95,00   -0,61%
  • IDX 7.308   41,99   0,58%
  • KOMPAS100 1.118   3,96   0,36%
  • LQ45 882   2,84   0,32%
  • ISSI 222   1,69   0,77%
  • IDX30 451   -0,14   -0,03%
  • IDXHIDIV20 544   0,02   0,00%
  • IDX80 128   0,29   0,23%
  • IDXV30 137   1,04   0,76%
  • IDXQ30 151   0,20   0,13%

Rupiah Terus Menguat, Ini Emiten yang Bakal Untung dan Buntung


Selasa, 20 Agustus 2024 / 18:49 WIB
Rupiah Terus Menguat, Ini Emiten yang Bakal Untung dan Buntung
ILUSTRASI. Rupiah terus menguat setelah ditutup di level Rp 15.436 per dolar AS pada Selasa (20/8)


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih terus berlanjut. Hingga akhir perdagangan Selasa (20/8), kurs rupiah spot ditutup pada Rp 15.436 per dolar AS. 

Kurs rupiah menguat 0,73% dari penutupan perdagangan kemarin di Rp 15.550 per dolar AS. Kurs rupiah sudah menguat 5,07% secara month to date atau sejak awal Agustus. 

Direktur Infovesta Utama Edbert Suryajaya mengatakan penguatan rupiah disebabkan karena melemahnya indeks dolar AS yang disebabkan adanya ekspektasi penurunan suku bunga acuan The Fed. 

Dia menjelaskan penurunan suku bunga akan berdampak pada perpindahan dana ke mata uang dengan tingkat suku bunga yang lebih atraktif, seperti rupiah. 

"Rupiah merupakan salah satu mata uang yang tertekan cukup dalam terhadap dolar AS, harapannya penguatan IHSG lebih kencang dibanding mata uang lainnya," jelasnya kepada Kontan, Selasa (20/8).

Baca Juga: Makin Kokoh, Rupiah Ditutup Rp 15.436 Per Dolar AS, Selasa (20/8)

Adityo Nugroho, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas menuturkan penguatan nilai tukar rupiah ini sejalan dengan penguatan pada uang di beberapa negara lain. 

Adapun penguatan mata uang terhadap dolar AS juga terjadi pada baht Thailand, ringgit Malaysia, won Korea, dolar Taiwan, peso Filipina, rupee India, yen Jepang, dan dolar Singapura.

"Kalau rupiah sudah sejalan dengan mata uang lain, mungkin Bank Indonesia (BI) bisa berani menurunkan suku bunga acuan ketimbang The Fed," ucap Adityo. 

Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi menambahkan saat ini, pasar memperkirakan suku bunga The Fed bisa turun 1% atau 100 bps hingga akhir 2024. 

Audi memproyeksikan penguatan rupiah akan berlangsung dalam jangka waktu menengah hingga panjang. Dengan asumsi, adanya pemangkasan suku bunga dan terjaganya stabilitas ekonomi dalam negeri.

Sektor yang Terdampak

Di tengah penguatan mata uang Garuda, beberapa sektor bakal terkena angin segar alias sentimen positif. Terutama emiten yang berorientasi pada impor, seperti sektor farmasi. 

Edbert menuturkan sektor yang berorientasi pada impor akan diuntungkan karena biaya yang dikeluarkan menjadi lebih murah. Menurutnya, sektor farmasi bisa mulai kembali diperhatikan. 

Di sisi lain, ada sektor yang bakal berdampak negatif dari penguatan rupiah ini. Khususnya, emiten yang berorientasi ekspor seperti, komoditas batubara dan CPO. 

"Namun di sisi lain, investor tetap harus jeli untuk melihat dari setiap emiten dalam sektor komoditas batubara dan CPO mana yang eksposur terhadap dolar AS besar," kata Edbert. 

Baca Juga: Menilik Dampak Penguatan Rupiah Terhadap Industri Elektronik

Audi menilai sektor konsumer primer, industri dan perbankan akan diuntungkan dari angin segar. Ini seiringan dengan menurunkan biaya impor dan mendorong stabilitas ekonomi yang dapat mendorong peningkatan kredit. 

Sedangkan sektor pertambangan dan energi akan mendapatkan sentimen negatif dari pelemahan indeks dolar AS. Namun dia memproyeksikan ada penguatan di menjelang akhir tahun karena adanya rotasi sektoral. 

"Selain itu emiten yang melakukan ekspor juga akan terkena dampak seiring dengan membuat produk ekspor menjadi lebih mahal, seperti tekstil dan perkebunan," jelas Audi. 

Diperhatikan di tengah penguatan rupiah, Kiwoom Sekuritas merekomendasikan beli BBRI dengan target Rp 5.500. Kemudian rekomendasi beli MAPI, ERAA dan ASII dengan masing-masing target harga Rp 1.700, Ro 520 dan Rp 5.400.

Sementara itu, saham pilihan Edbert jatuh pada KLBF dengan target harga terdekat Rp 2.000. Dengan posisi Rp 1.700 pada akhir perdagangan Selasa (20/8), ada potensi upside sekitar 17,64%. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×