Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Ketika pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terlihat moncer, banyak analis yang memprediksi IHSG akan ditutup pada level 5.000 akhir tahun nanti. Dari sekian banyak analis, terdapat beberapa analis yang memprediksi IHSG akan ditutup jauh di bawah level tersebut. Salah satunya adalah John Daniel Rahmat, Head of Equity Research Mandiri Sekuritas. Pada waktu itu, dia memprediksi jika indeks akan ditutup pada level 4.200.
Bahkan, level tersebut merupakan hasil revisi setelah pemerintah memberikan kepastian atas naiknya harga bahan bakar minyak. Sebelum kepastian tersebut diambil, John memprediksi jika IHSG bakal ditutup pada level 4.000.
Jika melihat posisi IHSG yang hingga berita ini diturunkan ada di level 4.069, prediksi John nyaris benar. Sama seperti analisa lainnya, tekanan IHSG ini dipicu oleh sentimen rupiah dan spekulasi terkait stimulus The Fed.
Menurut John, jika melihat kondisi seperti ini, ada tiga hal yang perlu diperhatikan. Yaitu, posisi rupiah yang sudah menyentuh level yang dipandang 'murah' oleh pasar, IHSG sudah menyentuh level yang dipandang 'murah' oleh pasar, dan kekhawatiran pasar tentang QE tapering The Fed sudah menyusut. "Jika tiga kondisi ini tercapai barulah tekanan jual akan hilang," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (20/8).
Jika mengacu pada hal tersebut, tentunya tidak ada yang bisa memprediksi secara pasti hingga kapan tekanan tersebut bakal terjadi. Oleh karena itu, John mengimbau para investor untuk menjauhi bursa saham selama tiga parameter itu belum tercapai.
Tapi, jika salah satu saja dari tiga parameter itu sudah tercapai, maka itu merupakan waktu yang tepat bagi para investor untuk kembali masuk ke pasar saham. Soalnya, saat ini sudah tervaluasi murah sehingga bisa memperoleh saham-saham bagus dengan harga yang murah.
Sementara bagi regulator, John memberi masukan seharusnya mereka mempublikasikan data yang menenangkan pasar. Soalnya, salah satu kekhawatiran utama di bursa saham adalah resiko terjadinya fund outflow dari pasar obligasi.
Selama ini, data kepemilikan investor asing di SUN digabungkan menjadi satu sehingga pasar tidak dapat lagi membedakan apa yang sebenarnya terjadi di pasar obligasi. Padahal, tadinya data tersebut dibedakan antara investor institusi asing dan investor regulator asing (contohnya, bank sentral asing).
"Apabila detail dari data ini kembali dipublikasikan, dan pasar dapat melihat bahwa kemungkinan terjadinya fund outflow dari pasar obligasi sudah menyusut, maka hal ini akan sangat membantu menenangkan bursa saham," jelas John.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News