Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Emiten operator telekomunikasi masih akan menghadapi persaingan harga dalam dua tahun ke depan. Dalam jangka pendek, periode ramadan dapat menjadi katalis positif bagi meningkatnya penggunan data seluler.
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, mengatakan bahwa prospek emiten operator telekomunikasi dapat terangkat oleh momentum bulan suci ramadan. Selama periode ramadan hingga lebaran, biasanya trafik data mengalami peningkatan.
Nafan menambahkan, Ramadan juga biasanya mendongkrak daya beli masyarakat yang saat ini relatif terjaga baik. Katalis positif bulan puasa ini diharapkan dapat mendorong peningkatan kinerja di tengah persaingan ketat industri telekomunikasi.
Baca Juga: Pilkada dan Akhir Tahun Jadi Katalis Positif, Ini Rekomendasi Saham ISAT, EXCL, TLKM
‘’Saya pikir momentum bulan suci Ramadan bisa meningkatkan trafik data perusahaan telekomunikasi,’’ ujar Nafan saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (2/3).
Menurut Nafan, persaingan sengit antara operator telekomunikasi meliputi ISAT, EXCL dan TLKM memang telah menjadi persoalan sektor ini. Bahkan, emiten operator telekomunikasi gencar menerapkan diskon yang akhirnya memengaruhi performa laba bersih mereka.
Di samping itu, dia mengharapkan suku bunga acuan ke depannya akan terus bergerak turun sejalan dengan komitmen Bank Indonesia (BI). Lingkungan suku bunga rendah dapat mereduksi borrowing cost yang menjadi benefit bagi operasi emiten termasuk sektor telekomunikasi.
Analis Indo Premier Sekuritas Aurelia Barus memandang, sektor operator telekomunikasi Indonesia berada di jalur untuk menjadi industri tiga pemain. Kondisi ini positif dalam jangka panjang, tetapi persaingan sengit masih akan terjadi hingga konsolidasi benar-benar rampung.
Selama periode konsolidasi atau sampai jaringan XLSmart (antara XL Axiata dan Smartfren) yang potensial terintegrasi sepenuhnya kemungkinan pada pertengahan 2027, maka persaingan harga antara operator telekomunikasi kemungkinan akan berlanjut.
Baca Juga: Kinerjanya Diproyeksi Tumbuh, Simak Rekomendasi Saham ISAT, EXCL & TLKM
Aurelia menyebutkan bahwa persaingan harga dapat terjadi karena pasar seluler Indonesia masih didominasi prabayar, yang menunjukkan basis pelanggan yang kurang lengket.
Selain itu, penggabungan Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) ataupun juga XLSmart berpotensi menghasilkan peningkatan kapasitas jaringan, kualitas, dan kinerja layanan bagi kedua pemain.
Penggabungan usaha juga memungkinkan IOH (ISAT) dan XLSmart (EXCL) untuk berekspansi ke luar Jawa, menantang Telkomsel (TSEL) sebagai pemain dominan di wilayah ini. Harga IOH dan XLSmart tetap didiskon dibandingkan dengan TSEL.
‘’Kami memperkirakan persaingan harga seluler kemungkinan akan berlanjut selama periode konsolidasi telekomunikasi, bisa sampai pertengahan 2027,’’ ucap Aurelia dalam riset 21 Feruari 2025.
Aurelia menilai, Average Revenue Per User (ARPU) atau pendapatan rata-rata per pengguna seluler dapat tumbuh. Pada 2024-2027, ARPU agregat sektor ini masih dapat tumbuh pada CAGR 3,0%, meskipun lebih rendah dari CAGR 5,3% pada 2020-2023.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham CTRA, TLKM, MTEL & SILO untuk Perdagangan Hari Ini (23/9)
Indo Premier Sekuritas memperkirakan, pertumbuhan ARPU akan didukung oleh peningkatan konsumsi data, dengan rata-rata peningkatan konsumsi sebesar 1 GB per pengguna per tahun.
Sementara, Yield Data diperkirakan akan menurun sebesar 1,9% CAGR, terutama karena persaingan harga yang terus-menerus dan kemungkinan prospek daya beli yang menantang.
Secara keseluruhan, Aurelia melihat adanya prospek pertumbuhan yang moderat dengan perbaikan fundamental yang stabil pada emiten operator telekomunikasi. TLKM dan EXCL diharapkan memiliki prospek tren Free Cash Flow to Firm (FCFF) yang stabil, sementara prospek FCFF untuk ISAT dapat berubah positif pada 2025.
‘’Kami memulai kembali dengan seruan Netral untuk sektor ini di tengah persaingan. ISAT adalah pilihan utama kami karena prospek pertumbuhannya yang lebih jelas,’’ sebut Aurelia.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis, menyoroti bahwa industri telekomunikasi turut akan dipengaruhi lelang spektrum yang akan datang. Seperti diketahui, pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan lelang frekuensi 1,4 GHz layanan broadband wireless access (BWA) pada 2025.
Kementerian Komunikasi dan Digital Republik Indonesia (Komdigi) bertujuan untuk mempercepat penyebaran internet tetap di Indonesia, dengan BWA melengkapi Fixed Broadband untuk mendorong perluasan yang lebih cepat.
Niko menuturkan, pihak yang memenuhi syarat lelang diharuskan memegang lisensi Konektivitas Tetap berbasis paket (packet switched) tanpa penomoran, yang berarti penyedia tidak dapat menggunakannya untuk layanan seluler. Namun, operator jaringan seluler (MNO) dapat bergabung dengan lelang 1,4GHz karena mereka telah memegang lisensi untuk melayani BWA.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham BBRI, TLKM, ADRO, AMMN, AMRT, dan MAPA Untuk Senin (7/10)
BRI Danareksa Sekuritas percaya bahwa MNO saat ini memiliki kekuatan yang lebih besar daripada pemain BWA di masa mendatang, dan dapat meraih pertumbuhan melalui strategi FMC. Namun, bila ada pemisahan yang jelas antara BWA dan layanan seluler dalam 1,4GHz, maka MNO mungkin meluncurkan Fixed Wireless Access (FWA) menggunakan spektrum seluler lainnya.
‘’Penyedia BWA baru menimbulkan risiko nyata bagi pangsa pasar fixed broadband operator telekomunikasi, tetapi MNO dapat mengurangi hal ini dengan kekuatan merek dan FMC,’’ jelas Niko dalam riset 26 Februari 2025.