Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Permintaan pada aset safe haven meredup seiring dengan meredanya tensi perang dagang usai terjadinya kesepakatan antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa.
Melansir Trading Economics per Selasa (29/7/2025) pukul 18.15 wib, pairing USD/JPY tercatat naik 0,06% ke level 148,541. Ini mengindikasikan yen melemah terhadap dolar AS. Jika dilihat selama sebulan terakhir koreksinya sudah mencapai 3,28%.
Begitu juga dengan pairing USD/CHF yang secara harian menguat 0,20% ke level 0,80486. Franc Swiss melemah terhadap dolar AS. Sebulan terakhir pelemahannya jauh lebih dalam di kisaran 1,5%.
Sementara dolar AS sendiri juga terus unjuk gigi. Pada waktu yang sama, secara harian indeks dolar AS tercatat menguat 0,17% ke 98.803. Kemudian sebulan penguatannya sudah mencapai 2%.
Kemudian aset safe haven terakhir, yaitu emas tercatat masih mampu menguat 0,17% ke level US$ 3320,51. Namun dibandingkan sebulan terakhir yang kenaikannya mencapai 0,50%, semakin kesini kilaunya semakin meredup.
Baca Juga: Harga Emas Naik 1% Didorong Permintaan Safe Haven Pasca Pemberlakuan Tarif Baru Trump
Fikri C. Permana, Ekonom Senior KB Valbury Sekuritas mengatakan, investor tampaknya mulai mencermati bahwa pertumbuhan ekonomi AS ternyata tidak seburuk yang diperkirakan. Terutama, data tenaga kerja AS yang cukup baik.
Data jumlah orang yang bekerja di AS meningkat 0,05% menjadi 163.366 pekerja pada periode Juli 2025. Data tingkat pengangguran di AS juga masih berada dalam rentang yang stabil dikisaran 4,1% pada periode yang sama.
Perbaikan data ekonomi inilah yang akhirnya memberi sentimen positif terhadap pergerakan dolar AS. Greenback tercatat menguat paling tinggi dibandingkan aset safe haven lainnya.
Disisi lain, kesepakatan yang baru dicapai oleh AS - Uni Eropa (EU) semakin menambah optimisme pasar. Apalagi ini juga diikuti oleh Jepang dan sebentar lagi China yang kembali menggelar pembicaraan pada awal pekan kemarin. China memiliki tenggat waktu hingga 12 Agustus mendatang untuk mencapai kesepakatan tarif terbaru.
“Adanya potensi penundaan tarif untuk China selama tiga bulan kedepan,” imbuh Fikri kepada Kontan.co.id, Senin (28/7/2025).
Sentimen inilah yang akhirnya membuat aset safe haven yang semula banyak diburu mulai ditinggalkan. Kecuali dolar AS, Emas, Yen Jepang dan Franc Swiss mulai menunjukkan pelemahan.
Baca Juga: Permintaan Safe Haven Meningkat, Harga Emas Naik Tiga Hari Berturut
Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata menambahkan, pengumuman tarif terbaru yang disampaikan oleh Presiden AS Donald Trump juga tampaknya cukup moderat dibanding dengan ancaman tarif sebelumnya.
Salah satunya Jepang, yang dikenakan penurunan tarif sektor otomotif menjadi 15% dan investasi besar Jepang di AS sebesar US$ 550 miliar.
“Sepertinya pasar mulai nyaman dengan skenario tarif yang relatif lebih rendah ini, sehingga ada dorongan untuk beralih ke aset berisiko untuk mencari imbal hasil yang lebih tinggi,” jelas Josua kepada Kontan.co.id, Senin (28/7).
Meski begitu, ia menilai bahwa tren penurunan permintaan terhadap aset safe haven kemungkinan besar akan bertahan dalam jangka pendek hingga menengah. Terutama, selama AS terus menyelesaikan berbagai negosiasi tarif dengan mitra dagang penting lainnya seperti China, Korea Selatan, dan India.
Menurut Josua, pasar masih tetap menaruh atensinya pada arah kebijakan suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed), volatilitas inflasi akibat tarif, dan potensi perlambatan ekonomi global disisa 2025.
“Prospek aset safe haven kedepan masih cukup menjanjikan, meskipun sementara waktu akan melemah akibat sentimen positif di pasar,” ujar Josua.
Namun, menurutnya Yen Jepang diperkirakan masih akan mengalami tekanan dalam waktu dekat sebagai akibat dari ketidakpastian politik domestik Jepang pasca pemilu majelis tinggi. Ditambah dengan potensi kebijakan moneter Bank of Japan (BoJ) yang diprediksikan lebih lambat dalam menaikkan suku bunga.
“CHF dan emas mungkin akan lebih menarik dan relatif aman untuk ke depan,” ucap Josua.
Baca Juga: Emas Tetap Jadi Safe Haven, Pemain Deposito Emas Bertambah
Lukman Leong, Analis Doo Financial Futures bilang, permintaan emas masih akan ditopang oleh diversifikasi cadangan devisa. Selain itu, permintaannya juga ditopang oleh tensi geopolitik.
“Sejauh ini, kalau saya lihat emas memang tidak akan terlalu terdampak. Dari perkembangan akhir-akhir ini juga tampaknya hanya set back yang tidak akan merubah outlook jangka panjang,” tutur Lukman kepada Kontan.co.id, Senin (28/7).
Menurut Lukman, investor dapat memanfaatkan momentum risk sentimen yang membaik di pasar dengan mengurangi posisi CHF dan JPY.
Sedangkan Josua menyarankan investor juga dapat mempertimbangkan menambah porsi investasi pada instrumen berbasis dolar AS atau obligasi pemerintah AS pada tenor pendek hingga menengah untuk memanfaatkan potensi volatilitas suku bunga.
“Tapi tetap pertahankan eksposur dalam jumlah tertentu pada aset safe haven seperti emas dan CHF,” tutup Josua.
Selanjutnya: Kemenperin Buka Suara Soal Badai PHK, Singgung Residu Kebijakan Relaksasi Impor
Menarik Dibaca: 4 Efek Samping Tretinoin untuk Wajah, Jangan Sembarangan Pakai!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News