Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan geopolitik di Timur Tengah meningkat pasca Israel menyerang Iran mendulang prospek aset safe haven.
Berdasarkan Trading Economics, harga emas naik 1,20% ke US$ 3.427 per ons troi pada Jumat (13/6) pukul 19.31 WIB, hampir menembus rekor tertingginya di US$ 3.431 per ons troi pada 5 Mei 2025.
Aset safe haven lainnya, dolar AS melalui indeks dolar (DXY) turut mengalami peningkatan 0,49% ke level 98,38.
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan, kembali memanasnya tensi di kawasan Timur Tengah, pasca serangan Israel terhadap Iran, membuat pasar kembali memfokuskan pada situasi tersebut.
Baca Juga: Dolar AS dan Aset Safe Haven Menguat Jumat (13/6) Pagi, Setelah Israel Serang Iran
Dus, harga aset-aset safe haven mengalami penguatan.
"Selama konflik Israel-Iran (atau konflik lain di Timur Tengah) terus bereskalasi atau menciptakan ketidakpastian, permintaan terhadap safe haven seperti emas kemungkinan tetap tinggi. Investor mencari perlindungan dari risiko sistemik dengan lepas aset-aset berisiko," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (13/6).
Selain faktor geopolitik, kata Nanang, penguatan emas juga dipengaruhi langkah pelonggaran The Fed yang terus santer memasuki semester II tahun ini.
"Karena memang ruang pemangkasan suku bunga the Fed sangat terbuka seiring beberapa sinyalmen seperti perlambatan inflasi, beberapa data manufaktur dan jasa, serta PDB," jelasnya.
Walaupun pertemuan FOMC pekan depan hampir dipastikan tidak akan mengubah suku bunga tetapi pasar akan mencermati pernyataan Jerome Powell.
Baca Juga: Ketegangan Geopolitik Dongkrak Aset Safe Haven
Selain itu, tekanan juga datang dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump pada the Fed untuk bisa segera mungkin memangkas suku bunga.
Data ekonomi yang melemah (PDB, tenaga kerja, manufaktur), sambung Nanang, juga menimbulkan kekhawatiran pasar sehingga investor mencari perlindungan di safe haven.
"Ditambah lagi ancaman atas resesi juga mendorong pembelian emas dan obligasi pemerintah," katanya.
Dolar AS (melalui DXY) juga sering diuntungkan oleh krisis global karena statusnya sebagai mata uang cadangan dunia.
Ketika ketegangan meningkat, investor global cenderung menarik dana dari pasar negara berkembang atau aset berisiko lalu masuk ke dolar berdampak pada DXY naik sehingga untuk jangka pendek dolar AS juga akan bergerak positif.
Baca Juga: Lepas Saham Bank Besar, Warren Buffett Investasikan US$ 305 Miliar ke Aset Safe Haven
Oleh sebab itu, Nanang menilai investor sebaiknya mulai kembali menambah eksposur ke aset safe haven, khususnya emas dan obligasi jangka pendek.
"Ini sebagai langkah antisipatif terhadap kombinasi risiko geopolitik, politik domestik AS, dan arah kebijakan moneter global," tutupnya.
Selanjutnya: Maja Agung (SURI) Incar Pertumbuhan Kinerja, Begini Strategi pada 2025
Menarik Dibaca: 5 Manfaat Vitamin C untuk Rambut, Cegah Uban hingga Rambut Rontok!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News