Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - PT Barito Pacific Tbk (BRPT) ekspansif di bisnis energi. Selain menuntaskan akuisisi Star Energy Group Holding Pte Ltd (SEGHL), yang kini tercatat sebagai salah satu produsen listrik panas bumi terbesar di dunia, Barito Pacific juga tengah menyiapkan ekspansi besar-besaran di bisnis kelistrikan non-geotermal.
Lewat kongsi dengan PT Indonesia Power, anak usaha PT Perusahaan Listrik Negara (PLN), BRPT membentuk usaha patungan guna membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Jawa-9 dan Jawa-10 dengan kapasitas 2x1.000 megawatt (MW). Langkah ini menjadi realisasi diversifikasi bisnis perusahaan yang dibangun oleh pengusaha Prajogo Pangestu itu.
Lini bisnis energi pula yang diproyeksikan akan menyeimbangkan sumber utama pemasukan Grup Barito selama ini dari bisnis petrokimia. Selama ini, bisnis petrokimia yang digeluti anak usahanya, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), menjadi penyumbang terbesar pendapatan emiten yang berdiri sejak tahun 1979 itu.
Kepala Riset PT Mirae Asset Sekuritas Taye Shim menjelaskan, dalam laporan keuangan BRPT kuartal I-2017, Chandra Asri menyumbang 98,52% terhadap total pendapatan BRPT. "Karena sangat tergantung pada Chandra Asri, membuat pendapatan BRPT sangat sensitif terhadap fluktuasi harga minyak mentah dunia," ujarnya, Senin (11/9).
Nah, dengan rencana diversifikasi ke sektor kelistrikan, pemasukan BRPT bisa lebih tahan banting dan risikonya lebih tersebar. Bisnis listrik ini diyakini mampu menyangga pendapatan BRPT ke depan, sekalipun ada gonjang ganjing harga minyak.
Namun memang masih perlu waktu untuk menuntaskannya. Perhitungan Taye, akuisisi Star Energy yang bernilai US$ 715,11 juta baru tuntas di kuartal I-2018.
Kini, BRPT baru membayar uang muka akuisisi senilai US$ 300 juta dari hasil pinjaman bank. Alhasil, perusahaan yang kini dinakhodai Agus Salim Pangestu, anak tertua Prajogo Pangestu, ini harus menyediakan US$ 415 juta guna menuntaskan akuisisi 66,7% saham Star Energy.