kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tenaga baru Barito Pacific di bisnis energi


Selasa, 12 September 2017 / 09:09 WIB
Tenaga baru Barito Pacific di bisnis energi


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini

Taye optimistis, upaya diversifikasi bisnis BRPT tersebut akan membuahkan hasil. Sejauh ini rekam jejak perusahaan yang awal berdiri bernama PT Bumi Raya Pura Mas Kalimantan ini cukup sukses dalam melakukan akuisisi. Pada 2007 BRPT berhasil mengambil alih Chandra Asri.

Segendang sepenarian, Riska Afriyani, Analis PT OSO Sekuritas, mengatakan, dengan masuk ke bisnis energi, proporsi pendapatan lini bisnis akan seimbang dengan sektor petrokimia. Bahkan, ia memperkirakan, kelak pendapatan dari sektor energi bisa menyumbang 60% dan sisanya yang 40% dari TPIA. "Kalau kontribusi Star Energy mungkin bisa terlihat tahun ini. Untuk pembangkit listrik baru perlu tiga tahun hingga lima tahun. jadi kemungkinan baru tahun 2020," ujar Riska.

Prospek saham

Hingga akhir tahun nanti, Riska optimistis, performa BRPT tetap ciamik karena prospek positif kinerja TPIA. Ia memproyeksikan, pendapatan BRPT hingga akhir tahun ini bisa tumbuh 32% menjadi US$ 2,58 miliar dibanding realisasi tahun 2016 senilai US$ 1,96 miliar. "Apalagi, Chandra Asri masih menjadi perusahaan petrokimia terbesar di Asia," terang Riska.

Walaupun merespon positif rencana diversifikasi bisnis BRPT, Riska mengingatkan, ada potensi arus kas yang besar dari aksi ini. Untuk membangun pembangkit listrik, emiten yang mencatatkan sahamnya di bursa tahun 1993 itu harus menyediakan anggaran belanja modal yang lebih besar dari sebelumnya.

Meski begitu, Arandi Ariantara, Analis PT Samuel Sekuritas, berkeyakinan BRPT tetap memiliki struktur pendanaan yang kuat untuk membiayai ekspansi bisnisnya di tahun ini. Memang, ia memperkirakan utang perusahaan ini akan naik hingga 59%. Tetapi current ratio BRPT tetap terjaga di angka 1,4 kali. "Kenaikan harga saham sebesar 258% dalam setahun terakhir kami yakini juga menjadi katalis pendukung rencana ekspansi," sebut Arandi dalam riset 4 September lalu.

Arandi tetap merekomendasikan buy saham BRPT, dengan target harga Rp 2.600 per saham. Sedang Riska merekomendasikan hold karena masih menanti hasil laporan keuangan BRPT kuartal II 2017. Karena itu, target harga yang Riska tetapkan masih Rp 2.130 per saham. Sementara Kevin Juido Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas punya rekomendasikan buy pada harga Rp 2.600 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×