Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Produksi tinggi dan pasokan yang diduga akan terus melonjak jadi pengganjal laju pergerakan harga tembaga. Koreksi harga logam industri ini pun diprediksi bisa terus berlangsung akibat beban negatif yang membalut.
Mengutip Bloomberg, Rabu (20/7) pukul 10.17 pagi waktu Shanghai, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange terkikis 0,9% di level US$ 4.939 per metrik ton dibanding hari sebelumnya.
Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka menuturkan saat ini fundamental pasar memang sedang tidak berpihak pada harga tembaga. Terbaru laporan produksi tembaga di China kembali membengkak. Padahal permintaan belum dilaporkan mengalami kenaikan untuk menjadi penyeimbang.
Rilis data National Bureau of Statistics China sepanjang semester satu 2016 produksi tembaga naik 7,6% menjadi 4,03 juta ton dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. "Efeknya pasar mengarahkan perkiraan bahwa akan kembali terjadi penumpukan stok secara global," ujar Ibrahim.
Untuk bulan Juni 2016 saja kenaikan produksi China menyentuh level 686.000 ton dari sebelumnya 680.000 ton. Tidak heran di LME stok tembaga per awal pekan kemarin naik 5% dibanding bulan Juni 2016 lalu.
Itu merupakan level tertingginya sejak November 2015 lalu. "Tidak banyak keuntungan bagi harga tembaga saat ini. Apalagi USD terhitung sedang menguat karena data positif," tambah Ibrahim.
Memang beberapa waktu terakhir data ekonomi AS memuaskan pelaku pasar. Hasilnya pasar kembali optimis peluang kenaikan suku bunga The Fed tahun ini tetap terjadi meski hanya sekali.
Berkaca dari hal ini, Ibrahim mengarahkan prediksinya pada kejatuhan harga tembaga yang akan berlanjut. Nyaris tidak ada faktor yang bisa menopang pergerakan harga tembaga untuk jangka pendek. Kalaupun menguat, itu hanya rebound sesaat dari aksi pasar yang memanfaatkan rendahnya harga jual saat ini untuk bargain hunting.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News