Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga tembaga disinyalir berpeluang menukik hingga ke level US$ 4.000 per metrik ton.
Mengutip Bloomberg Rabu (13/4) pukul 09.47 WIB, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange menanjak 1,9% dibandingkan hari sebelumnya menjadi US$ 4.855 per metrik ton, level tertinggi sejak 1 April 2016. Sepekan, harga tembaga melambung 1,44%.
Andri Hardianto, Research and Analyst PT Asia Trade Point Futures menerawang, hingga akhir semester I 2016, harga tembaga berpotensi tertekan hingga level US$ 4.000 per metrik ton. "Soalnya ekonomi China sebagai konsumen tembaga terbesar belum akan pulih 100%," terkanya.
Pertumbuhan ekonomi China pada tahun 2016 diprediksi pada level 6,5%. Pada Rabu (13/4), Negeri Tembok Besar merilis beberapa data perekonomian yang cukup positif. Di antaranya, data ekspor China per Maret 2016 yang tumbuh 11,5% (yoy), lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya yang merosot 25,4%.
Lalu data impor China per Maret 2016 yang minus 7,6% (yoy), lebih baik dibandingkan posisi bulan sebelumnya terkoreksi 13,8%. Serta data neraca perdagangan China per Maret 2016 yang masih mencatatkan surplus US$ 29,86 miliar.
Memang masih ada rencana kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed sebanyak dua kali dari posisi saat ini 0,25% - 0,5%. Pengetatan kebijakan moneter tersebut bakal memicu penguatan dollar AS yang berpotensi menyeret permintaan tembaga. Sebab, komoditas ini diperdagangkan dalam mata uang yang kian mahal.
"Saya lihat, faktor ekonomi China yang paling dominan terhadap pergerakan logam industri, khususnya tembaga. Faktor The Fed tidak se-dominan ekonomi China," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News