Sumber: Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SINGAPURA. Rupiah diramal akan mengakhiri reli yang sudah terjadi dalam beberapa hari terakhir jika dilihat secara teknikal. Pelemahan rupiah ini akan terjadi di tengah diberlakukannya pelarangan ekspor komoditas yang akan menyebabkan neraca perdagangan Indonesia akan kembali menunjukkan warna merah.
Asal tahu saja, mata uang Garuda sudah menguat 3,3% dalam lima hari yang berakhir kemarin menjadi 11.785 per dollar AS. Secara teknikal, kondisi ini menyebabkan relative strength indeks (RSI) rupiah dalam 14 hari berada di posisi 24. Ini merupakan level terendah sejak Mei 2011.
Selain itu, angka RSI yang berada di bawah level 30 mengindikasikan adanya kemungkinan pembalikan arah rupiah. Rupiah juga sudah menembus Bollinger band-nya yang belakangan sempat bertengger ke posisi tertinggi dalam tiga bulan terakhir. Kondisi itu semakin menguatkan sinyal bahwa reli rupiah sudah terlalu tinggi.
"Hanya ada sedikit ruang bagi rupiah untuk menguat karena penguatannya sudah terlampau tinggi," jelas Leong Sook Mei, Southeast Asia head of global markets research Bank of Tokyo-Mitsubishi di Singapura.
Dia menambahkan, kualitas dari perbaikan neraca perdagangan Indonesia masih akan menjadi faktor utama pergerakan rupiah. "Selain itu, ada pula risiko dari pelaksanaan pemilihan umum," urainya.
Asal tahu saja, pemilu dijadwalkan akan berlangsung pada April mendatang. Baru pada Juli, masyarakat Indonesia akan memilih kembali penerus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Catatan saja, pada pukul 11.12 WIB hari ini (18/2), rupiah melemah 0,5% menjadi 11.844 per dollar AS. Sementara, nilai kontrak rupiah di pasar non deliverable forwards (NDF) melemah 0,5% menjadi 11.740 per dollar.
Sementara kemarin, keperkasaan rupiah mencapai 1,4% ke level tertinggi dalam tiga bulan terakhir yaitu 11.658 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News