kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Tekanan pada dollar AS akan jadi penguat otot rupiah di awal pekan


Minggu, 28 Januari 2018 / 14:55 WIB
Tekanan pada dollar AS akan jadi penguat otot rupiah di awal pekan


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) diperkirakan masih mampu bertahan pada awal pekan depan. Sajian data ekonomi negeri Paman Sam yang memburuk sepertinya semakin membawa posisi indeks dollar AS berada di bawah tekanan. Posisinya malah terus menunjukkan pelemahan setelah jatuh sejak tiga tahun terakhir.

Di pasar spot, pada Jumat (26/1), mata uang Garuda ditutup melemah 0,13% ke level Rp 13.306 per dollar AS dari hari sebelumnya. Tetapi USD masih tercatat menguat 0,08% terhadap IDR dalam sepekan. Sedangkan jika mengacu kurs tengah Bank Indonesia, USD melemah tipis 0,1% ke level Rp 13.303 dari hari sebelumnya dan mengalami penguatan 0,21% dalam sepekan.

David Sumual, Ekonom PT Bank Sentral Asia Tbk melihat,  pada akhir pekan lalu pasar cukup berhati-hati pasca terjadi perbedaan pendapat antara Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Presiden AS Donald Trump saat menghadiri Forum Ekonomi Dunia di Doha, Swiss.

Steven menyebut pelemahan dollar baik untuk ekonomi AS, sedangkan Trump masih menginginkan penguatan greenback. “Ini yang membuat pelaku pasar cukup berhati-hati saat ini,” ujarnya kepada Kontan.co.id.

Menurutnya kondisi demikian masih akan bertahan pada Senin (29/1). Apalagi pertumbuhan ekonomi AS di kuartal IV 2017 justru dirilis lebih buruk dari ekspektasi. Awalnya diperkirakan pertumbuhan ekonomi akan terkoreksi dari 3,2% ke level 3%, tetapi kenyataannya malah dirilis pada level 2,6%.

Sedangkan dari domestik, kondisi ekonomi yang cukup positif diyakini mampu mengamankan posisi rupiah. Untuk Senin (29/1) masih belum ada data ekonomi baru yang bisa mempengaruhi pergerakan mata uang Garuda.

Keyakinan serupa juga diungkapkan oleh Andri Hardianto, Analis PT Asia Tradepoint Futures. Setelah tersandung karena aksi ambil untung pada akhir pekan lalu, ia memperkirakan rupiah mampu berbalik menguat pada Senin (29/1).

Menurut Andri, bantahan Presiden Trump terhadap pernyataan Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan pemberlakuan tarif terhadap impor solar panel AS masih mengganjal penguatan dollar AS. “Pelaku pasar khawatir ada perang dagang karena China pengekspor solar panel terbesar,” urainya.

Pertengahan pekan lalu Presiden Amerika Serikat Donald Trump menaikkan bea impor penjualan panel surya sebesar 30% untuk memacu pertumbuhan penjualan industri. Namun sebenarnya selama ini Paman Sam adalah importir utama sekaligus eksportir bahan baku dan China merupakan mitra dagang terbesarnya.

Andri memperkirakan pada Senin (29/1) rupiah bisa berada di kisaran Rp 13.310 – Rp 13.270 per dollar AS. Sedangkan David memproyeksi pergerakannya akan berada pada rentang Rp 13.270 – Rp 13.330 per dollar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×