Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah ditutup melemah pada perdagangan akhir pekan ini, valuasi rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) pekan depan akan bergantung pada hasil pertemuan Federal Open Market Committe (FOMC). Rapat Bank Sentral AS itu berpotensi menahan pelemahan dollar AS, sehingga berpeluang menekan rupiah.
“Pekan depan ada FOMC, kemungkinan pelemahan dollar AS akan tertahan,” ujar Lukman Leong Valbury Asia Futures kepada Kontan.co.id. Jumat.
Meski begitu, ia masih melihat peluang penguatan rupiah, jika hasil rapat tersebut memberikan pernyataan bernada hawkish terkait rencana kenaikan suku bunga acuan.
Lanjut Lukman, mata uang Garuda juga berpotensi mendapatkan sentimen positif jika data inflasi domestik membaik.
Sementara Josua Pardede, ekonom PT Bank Permata Tbk menduga, pertemuan FOMC tidak akan menahan laju penguatan rupiah. Menurutnya, The Fed masih akan mempertahankan kebijakannya. Data ekonomi negeri Paman Sam masih belum menyokong kenaikan suku bunga acuan.
“Mengingat data inflasi AS yang masih di bawah ekspektasi sepertinya tidak mungkin menaikkan suku bunga acuannya,” paparnya.
Apalagi, kata Josua, dari domestik rupiah juga masih ditopang kondisi ekonomi yang cukup positif. Inflasi dalam negeri masih dalam target Bank Indonesia. Menurutnya, rupiah akan lebih unggul.
Perkiraan Josua, pekan depan, rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp 13.300-Rp 13.400 per dollar AS. Sedangkan Lukman menebak, valuasinya di area Rp 13.275-Rp 13.325 per dollar AS.
Mengutip Bloomberg, Jumat (26/1), di pasar spot, nilai tukar rupiah ditutup melemah 0,13% ke level Rp 13.306 per dollar AS. Tetapi, sepekan, rupiah masih menguat 0,08%. Sedangkan kurs tengah Bank Indonesia mencatat, rupiah melemah tipis 0,1% ke level Rp 13.303 per dollar AS. Sepekan, kurs rupiah masih terapresiasi 0,21%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News