kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Tarif impor AS turut menekan harga minyak


Selasa, 18 September 2018 / 07:18 WIB
Tarif impor AS turut menekan harga minyak
ILUSTRASI. Harga minyak


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak flat dengan kecenderungan turun pada perdagnagna hari ini. Selasa (18/9) pukul 7.00 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober 2018 di New York Mercantile Exchange turun tipis ke US$ 68,54 per barel dari penutupan harga kemarin pada US$ 68,91 per barel.

Sejalan, harga minyak brent untuk pengiriman November 2018 di ICE Futures pun flat cenderung turun pada US$ 77,72 per barel. Kemarin, harga minyak acuan internasional ini berada di US$ 78,05 per barel.

Harga minyak yang cenderung turun tipis ini salah satunya dipicu oleh pengumuman penerapan tarif impor untuk US$ 200 miliar produk China. "Ini akan menjadi perusak permintaan dan inilah sebabnya pasar minyak memerah," kata Bob Yawger, director of energy futures di Mizuho New York kepada Reuters.

Padahal, harga minyak sebelumnya diramal akan naik akibat adanya sanksi Iran dari Amerika Serikat. Sanksi larangan ekspor minyak ini akan berlaku mulai 4 November.

Dalam catatan kepada klien, Bank of America Merrill Lynch mengungkapkan, ekspor minyak mentah Iran saat ini turun sebesar 580.000 barel per hari dalam tiga bulan terakhir.

"Kami memperkirakan efek penuh sanksi minyak Iran belum terlalu tampak. Dalam 5-6 pekan antisipasi menjelang sanksi akan memicu spekulasi beli," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates.

Menteri Energi AS Rick Perry pekan lalu mengatakan bahwa dia tidak memperkirakan adanya kenaikan harga minyak menjelang penerapan sanksi. Pasokan minyak masih terus mengalir dari AS, Rusia, dan Arab Saudi. Ketiga negara ini bisa menambah produksi minyak global dalam 18 bulan ke depan.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak mengatakan, skenario kemungkinan tambahan bisa dibicarakan pada pertemuan OPEC dan non-OPEC di Aljazair bulan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×