Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) berupaya memperbesar salah satu lini bisnis, yaitu penjualan bahan bakar minyak (BBM) ritel melalui stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Saat ini, AKRA sudah punya 135 SPBU merek AKR. Pom bensin tersebut menjual BBM subsidi.
Saat ini di wilayah Jawa sudah ada 57 SPBU milik AKRA. Sedangkan di Sumatera sudah ada 37 SPBU dan di Kalimantan ada 41 SPBU.
Perusahaan ini akan membangun SPBU yang menjual BBM khusus non subsidi dengan melakukan joint venture dengan British Petroleum (BP) Global. Kepemilikan AKRA dalam usaha patungan ini sebesar 50,1%, dan BP Global memegang 49,9%.
Head of Investor Relation dan Corporate Secretary AKRA Ricardo Silaen saat dihubungi kontan.co.id turut membenarkan hal tersebut.
"AKRA memang berencana untuk menambah jumlah SPBU di Jawa, Sumatera dan Kalimantan dan nantinya akan dilabeli merek BT-AKR. Kita juga akan menjual produk AKRA-92 di sana. Proyek ini adalah proyek jangka panjang. Kami masih memiliki kontrak dengaan BP hingga sepuluh tahun mendatang. Penambahan SPBU akan disesuaikan dengan situasi. Jumlahnya belum bisa dipastikan tapi tentu akan terus berkembang," terangnya, Senin (17/9).
Ricardo lalu melanjutkan bahwa pihak tengah berhitung mengenai total dana yang disiapkan untuk proyek SPBU tersebut. "Saya belum bisa disclose karena masih melihat perkembangan ke depannya," tambahnya.
Berdasarkan catatan KONTAN, proyek tersebut akan mulai berjalan akhir tahun ini dan akan diluncurkan di Tangerang dan Jababeka.
Pihak AKRA juga menargetkan akan membuka hingga 30 SPBU di Jakarta dan Surabaya dalam waktu 12 hingga 18 bulan ke depan. Produk yang dijual di SPBU baru ini nantinya berupa RON 90, 92 dan 95. Selain itu, untuk diesel juga ada yang berstandar Euro 4.
Dana untuk pendirian usaha patungan diambil dari belanja modal tahun ini yang mencapai Rp 300 miliar hingga Rp 400 miliar.
Selain itu, untuk bisnis kawasan industri, AKRA bakal kedatangan tenant besar, yaitu PT Freeport Indonesia. Perusahaan tambang ini kabarnya mengincar lahan untuk membangun smelter. Salah satunya di kawasan Java Integrated Industrial and port Estate (JIIPE) milik AKRA di Gresik, Jawa Timur.
Rencananya, smelter milik Freeport tersebut akan dibangun di lahan seluas 100 hektare (ha).
"Yang jelas kami sangat optimis dengan proyek ini. Di samping menyediakan lahan, kami juga menyiapkan infrastruktur yang dibutuhkan seperti instalasi listrik, pelabuhan, air bersih, gas dan energi," jelas Ricardo.
Ricardo lalu melanjutkan bahwa untuk saat ini pihaknya masih menanti keputusan Freeport dan pemerintah. "Sejauh ini, pihak Freeport telah melakukan studi banding dan survey di tempat kita. Kami optimis proyek ini akan menguntungkan pihak freeport dan kami selaku penyedia lahan," tandasnya.
Hingga semester I 2018, pendapatan AKRA sebesar Rp 11,21 triliun atau naik 21,61% dari tahun sebelumnya.
Beban pokok pendapatan juga meningkat menuju Rp10,38 triliun dari semester I/2017 sebesar Rp8,17 triliun. Alhasil, laba bruto perusahaan pada paruh pertama 2018 melorot menuju Rp831,05 miliar dari sebelumnya Rp1,05 triliun.
Namun, perusahaan membukukan laba bersih dari penjualan aset senilai Rp671,30 miliar pada semester I/2018. Ini membuat laba bersih AKRA melonjak 90,51% yoy menjadi Rp1,12 triliun dari semester I/2017 sebesar Rp588,43 miliar.
Segmen perdagangan dan distribusi BBM berkontribusi paling besar terhadap total pendapatan, yakni senilai Rp8,16 triliun. Selanjutnya, distribusi kimia dasar Rp2,55 triliun, pabrikan Rp220,37 miliar, jasa logistik Rp283,78 miliar, dan kawasan industri Rp7,73 miliar.
Peningkatan penjualan BBM didukung pertumbuhan volume dan harga. Pada kuartal II/2018, rerata harga minyak mentah mencapai US$73 per barel, sedangkan pada kuartal II/2017 senilai US$52 per barel.
Mengenai target pendapatan dan laba bersih di akhir tahun ini, Ricardo bilang pihaknya perlu memperhatikan harga minyak yang cenderung fluktuatif.
"Saya tidak berani memberi target. Karena untuk kinerja top line dan bottom line bergantung pada harga minyak dunia. Jika naik, maka kami pasti untung. Tapi untuk volume produksi secara over all kami harapkan naik 10% di akhir tahun ini," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News