CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Tapering off masih jadi katalis yang menyeret pergerakan mata uang di Asia


Minggu, 20 Juni 2021 / 14:13 WIB
Tapering off masih jadi katalis yang menyeret pergerakan mata uang di Asia
ILUSTRASI. Pergerakan rupiah dan mata uang di Asia masih bergantung pada rencana tapering off


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan nilai tukar rupiah dan sejumlah mata uang di kawasan pada pekan depan diprediksi masih dibayangi oleh risiko tapering off dari kebijakan Federal Reserve. 

Seperti diketahui, pernyataan The Fed usai FOMC Meeting di tengah pekan lalu cenderung hawkish karena bank sentral menyebut pengetatan kebijakan dapat dilakukan lebih cepat dari yang diperkirakan. 

Hal tersebut membuat dolar AS tampil perkasa. Akibatnya, mata uang di kawasan, termasuk rupiah, tertekan. 

Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf menilai, saat ini rupiah dan beberapa mata uang emerging market kurang menarik. Selain dolar AS yang perkasa, imbal hasil obligasi AS yang naik lagi membuat gap dengan obligasi negara berkembang menyempit. 

Padahal saat ini, obligasi di kawasan emerging market dilirik karena memberikan imbal hasil yang lebih tinggi. Namun, jika gap yield antara obligasi negara berkembang dengan US Treasury menipis, otomatis pasar akan lebih memilih kembali ke pasar AS.

Baca Juga: Dolar perkasa, seluruh mata uang di Asia loyo di pekan lalu

“Salah satu emerging market adalah pasar Asia, termasuk Indonesia. Ketika isu tapering off mencuat, maka nantinya akan juga diikuti kenaikan suku bunga the Fed,” kata dia kepada Kontan.co.id, Sabtu (19/6).

Alwi menilai, apabila tapering off dilakukan, yang akan bertahan adalah negara yang memiliki cadangan devisa kuat, guna menstabilkan mata uang. Selain itu, negara-negara dengan orientasi ekspor menurutnya akan lebih diuntungkan karena produk-produk mereka lebih leluasa bersaing di pasar.

Di saat AS melakukan tapering, ada beberapa negara Asia yang masih berjuang mengatasi Covid-19, negara-negara tersebut masih membutuhkan kebijakan akomodatif, termasuk pembelian atau pun pemangkasan suku bunga.

“Yang lebih penting adalah negara yang bisa keluar terlebih dahulu dari krisis Covid-19, itu yang lebih bisa bertahan,” pungkas Alwi.

Dengan kondisi saat ini, Alwi melihat, bagi sebagian orang yang membutuhkan kebutuhan valuta asing (valas) dapat membelinya dari sekarang, tetapi sebaiknya jangan terlalu panik. Dengan adanya panic selling, menurutnya akan semakin memperburuk nilai tukar.

Selanjutnya: Terkait kekhawatiran The Fed lakukan tapering off, ini kata BI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×