CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Tak agresif rilis produk baru, begini strategi Mandiri Manajemen Investasi di 2020


Kamis, 05 Maret 2020 / 17:24 WIB
Tak agresif rilis produk baru, begini strategi Mandiri Manajemen Investasi di 2020
ILUSTRASI. Market Outlook 2020 oleh PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) di Jakarta (5/3/2020).


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) tahun ini fokus untuk memasarkan produk-produk yang asetnya mengacu pada perusahaan global disruption. Bahkan manajer investasi tersebut mengaku tidak akan terlalu masif merilis produk baru tahun ini, dan fokus meningkatkan asset under manager (AUM) pada produk-produk terdahulu.

"Strategi kami tahun ini, mau memasarkan produk-produk global disruption untuk investor yang mau berinvestasi ke global market," kata Direktur Utama MMI Alvin Pattisahusiwa Kamis (5/3). 

Baca Juga: Ditekan sentimen virus corona, kinerja Mandiri Manajemen Investasi masih tumbuh

Beberapa produk tersebut seperti Reksadana Mandiri Investa Pasar Uang 2 (MIPU) yang telah dirilis tahun lalu ini, memiliki fitur pencairan di hari yang sama atau T+0. Produk tersebut juga turut mendukung ekosistem digital dengan menyasar e-wallet dari industri fintech. 

Targetnya, lewat produk ini emiten bisa mengumpulkan AUM hingga Rp 1 triliun, di mana saat ini baru terkumpul Rp 100 miliar. 

Selain itu, ada Reksadana Mandiri Global Sharia Equity Dollar (MGSED) yang berinvestasi pada portofolio Efek Syarah di luar negeri. Produk tersebut memiliki kemampuan untuk melakukan disruption pada level global, seperti berinvestasi di Alibaba, perusahaan biotechnology, perusahaan farmasi yang mencari obat-obat dan teknologi baru, sehingga memberikan kesempatan untuk berinvestasi di luar. 

"Saat ini MGSED membukukan AUM sekitar US$ 25 juta hingga US$ 27 juta, harapannya tahun ini bisa tumbuh hingga US$ 100 juta, atau naik empat kali lipat," ujarnya. 

Sedangkan untuk produk alternatif investment, Alvin menargetkan AUM yang terkumpul tahun ini bisa mencapai Rp 2 triliun hingga Rp 2,5 triliun. Capaian tersebut, rencananya akan ditopang oleh rilis produk terbaru tahun ini yaitu, KIK EBA Syariah yang rencananya bakal dirilis pada semester I-2020.

Tahun ini MMI memang berencana untuk mengedepankan produk alternatif investasinya, salah satunya dengan menerbitkan produk KIK EBA Syariah dengan menggandeng perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni Jasa Marga. 

Direktur MMI Endang Astharanti menjelaskan lebih lanjut bahwa MI akan melakukan sekuritisasi dengan Jasa Marga dengan underlying aset berupa jala Tol Jor Ring Selatan. Nantinya, adapun modal awal berasal dari hasil penjualan tiket beberapa tahun ke depan untuk kemudian dijual ke nasabah. 

"Hasilnya untuk pembangunan-pembangunan atau pembiayaan dan ini merupakan KIK EBA Syariah pertama di Indonesia, dimana fatwanya sudah keluar sejak 2018," jelas Astharanti, Kamis (5/3). 

Baca Juga: Ini strategi MI dengan kinerja reksadana pendapatan tetap paling moncer

Alasan MMI untuk merilis produk KIK EBA Syariah yakni untuk memperluas lagi pasar syariah. Produk tersebut nantinya diperuntukkan bagi investor retail maupun institusi, baik konvesional maupun sama-sama syariah. 

Di samping itu, MMI juga tengah melakukan penjajakan untuk merilis produk DIRE, dimana jika minat investor tinggi maka tidak menutup kemungkinan produk dirilis tahun ini.

"Yang mau kami tunjukkan adalah bagaimana mendorong foreign investor untuk masuk ke Indonesia dan tujuan kami di 2020 adalah Go Internasional," tegas Alvin. 

Terlebih lagi, MMI juga memiliki anak usaha di Singapura yakni Mandiri Investment Management Singapore (MIMS) yang akan dimanfaatkan sebagai akses ke global market, begitu juga sebaliknya. Harapannya, lewat MIMS bisa mendorong pendalaman pasar dari sisi investor sekaligus untuk meningkatkan demand.

"Tahun ini kita tidak terlalu agresif luncurkan produk baru, dan kita fokus mengembangkan produk alternatif investment. Tujuan kami adalah untuk memonetisasi produk-produk yang sudah eksis," tandasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×