kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

SWF beroperasi, BUMN karya bisa longgarkan cashflow


Selasa, 16 Februari 2021 / 21:20 WIB
SWF beroperasi, BUMN karya bisa longgarkan cashflow


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah telah mengumumkan anggota direksi lembaga pengelola investasi (sovereign wealth fund/SWF) Indonesia Investment Authority (INA), Selasa (16/2). 

Setelah Presiden RI Joko Widodo mengumumkan, harga saham BUMN Karya kompak menghijau, meski pada penutupan perdagangan hari ini justru saham-saham tersebut memerah. 

Analis Sucor Sekuritas Joey Faustian berharap SWF ini dapat membantu mendanai kesenjangan antara APBN dan anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan infrastruktur. Ini menjadi angin segar bagi emiten konstruksi terutama BUMN Karya karena pendanaan proyek diprediksi akan semakin mudah. 

Baca Juga: IHSG diprediksi menguat, saham-saham ini bisa dilirik pada perdagangan Rabu (17/2)

SWF akan membantu menarik investor luar negeri dalam pembangunan proyek infrastruktur melalui akuisisi proyek uang sudah beroperasional atau ikut dalam konsorsium untuk membantu mendanai proyek baru.  

"Tentunya ini akan membantu mengangkat tekanan pada balance sheet para kontraktor BUMN yang sudah cukup ketat melalui divestasi aset jalan tol atau permodalan dan pembangunan proyek baru ke depannya," jelas Joey kepada Kontan, Selasa (16/2). 

Joey melihat saham yang paling diuntungkan dengan beroperasinya SWF ini adalah PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dan PT Jasa Marga Tbk (JSMR) dengan aset jalan tol yang paling banyak. Namun secara keseluruhan sektor konstruksi akan mendapatkan sentimen positif. 

Baca Juga: Menunggu suku bunga BI, simak proyeksi pergerakan IHSG pada perdagangan Rabu (17/2)

"Tentunya yang paling diuntungkan dengan adanya SWF adalah WSKT karena WSKT yang memang paling membutuhkan cashflow dari hasil divestasi karena gearing yang sudah tinggi," jelas Joey. 

Untuk rekomendasi, Joey lebih menyukai saham PT PP Tbk (PTPP) dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) karena prospek laba yang solid didukung oleh tingginya rasio nilai kontrak yang dipegang (order book) terhadap pendapatan dan gearing yang rendah. 

Lebih lanjut, Joey lebih memilih PTPP dibandingkan WIKA karena PTPP memiliki kualitas yang sama dengan WIKA, dengan rasio gearing yang rendah 1,2 kali dan rasio orderbook terhadap pendapatan 5,4 kali namun memiliki proyeksi valuasi 2021 yang murah yaitu 0,87 kali price book value (PBV). 

Joey merekomendasikan beli untuk saham PTPP dengan target harga Rp 3.000, WIKA Rp 2.900, WSKT Rp 2.250 dan ADHI Rp 2.100. 

Baca Juga: IHSG berpotensi menguat terbatas pada Rabu (17/2)

Sekedar informasi, pemerintah mengatakan sudah ada letter of intent dari investor asing untuk masuk ke INA dengan potensi dana US$ 9,5 miliar atau setara Rp 133 triliun. Di mana pada tahap awal operasional, INA akan fokus pada proyek jalan tol. 

"Yang diharapkan pasar tentunya dengan pengangkatan jajaran BOD, SWF bisa mulai beroperasi secepatnya dan bisa resmi menyerap komitmen investasi dari luar negeri yang sudah mencapai US$ 9,5 miliar sehingga transfer aset dari WSKT dan JSMR ataupun aset tol lainnya bisa dirampungkan secepatnya," ungkapnya. 

Joey juga menilai nama yang mengisi kursi dewan pengawas serta direksi INA sudah cukup dikenal market dan pengalaman yang mumpuni. 

Selanjutnya: IHSG menguat empat hari berturut-turut hingga Selasa (16/2)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×