Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara (suspend) aktivitas perdagangan saham PT Schering Plough Indonesia Tbk (SCPI). Ini berkaitan dengan munculnya berita rencana Merck & Co mengakuisisi Schering Plough Corporation.
Direktur Perdagangan saham, Penelitian, dan Pengembangan Usaha BEI MS Sembiring menjelaskan, BEI mengambil langkah itu karena SCPI harus menjelaskan kabar merger itu. "Nantinya apakah akan terjadi pergantian (pengendali SCPI) juga atau tidak," jelasnya.
BEI ingin mengetahui nasib SCPI di Indonesia apabila induknya dibeli oleh Merck. Jika SCPI langsung menjawab, BEI mungkin akan membuka suspensi itu besok. Tapi, sejauh ini, SCPI belum memberi penjelasan resmi.
Akibat akuisisi dan merger itu, nantinya pemegang saham Merck & Co menguasai 68% perusahaan gabungan, dan sisanya menjadi milik pemegang saham Schering Plough Corporation. Pemilik saham Schering Plough juga akan menerima 0,5767 saham Merck & Co serta duit tunai US$ 10,50 per saham.
Analis Valbury Asia Futures Nico Omer Jockenhere bilang, SCPI mestinya harus lebih hati-hati terhadap aksi korporasi yang dilakukan Merck. Sebab, beberapa kali Merck membatalkan rencana akuisisinya. "Ini gara-gara budaya organisasi yang berbeda di tiap perusahan," jelasnya.
Tindakan ekspansi Merck, kata Nico, bertujuan meningkatkan kinerja Merck. "Tapi berhasil atau tidaknya kan belum terbukti," katanya. Ia pun tak melihat merger ini akan berpengaruh terhadap kinerja SCPI sendiri.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal ketiga 2008, SCPI meraih penjualan Rp 152,149 miliar. Jumlah ini lebih tinggi dari penjualan periode yang sama 2007 yang senilai Rp 127 miliar.
Adapun laba bersih SCPI saat itu mencapai Rp 9 miliar. Ini naik dua kali lipat lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
Saham SCPI tergolong saham yang tidak likuid. Sebulan terakhir, transaksi saham ini sangat sepi. Makanya, Nico merekomendasikan supaya investor menghindari saham ini. "Kalau membeli akan sulit menjualnya lagi," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News