Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli
Selain itu, ruang penurunan suku bunga masih terbuka lebar karena real return pasar surat utang Indonesia jauh lebih tinggi dari AS. Suku bunga AS berada di 1,75% sementara inflasi AS 2% sehingga real return investasi surat utang di AS negatif. Sedangkan, inflasi Indonesia stabil di 3% dengan tingkat suku bunga di 5%, sehingga real return berkisar 2%.
Baca Juga: Hartadinata Abadi (HRTA) menerbitkan obligasi Rp 600 miliar dengan bunga 11%
"Asumsinya, kalau real return AS masih negatif dan tingkat suku bunga AS juga masih cenderung menurun, harusnya, sweetener real return Indonesia bisa turun lagi dengan menurunkan suku bunga, apalagi risiko domestik di 2020 juga lebih rendah dari tahun ini," kata Fikri.
Segendang sepenarian, Darma Yudha, Head of Fixed Income Trimegah Asset Management, mengatakan, risiko domestik di tahun ini cukup tinggi karena Pemilu dan membuat korporasi cenderung wait and see. Namun, di 2020, kebijakan pemerintah sudah jelas dan korporasi akan kembali fokus berekspansi dengan meluncurkan surat utang.
Baca Juga: Investor Asing Mulai Membidik Obligasi Korporasi
Yudha memproyeksikan, instrumen surat utang akan menjadi pilihan utama korporasi untuk mendapatkan dana karena di tahun depan bank masih akan berhati-hati memberi pinjaman.
"Penerbitan surat utang korporasi di tahun depan bisa lebih banyak karena dengan tren suku bunga yang masih turun ini waktu yang tepat korporasi menerbitkan surat utang dengan cost of fund yang lebih murah, sebelum nantinya, suku bunga berbalik naik," kata Yudha.