Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Permintaan terhadap surat berharga syariah negara (SBSN) atau sukuk negara tahun ini diperkirakan tetap tinggi, kendati pasokannya berpeluang melimpah. Itu sebabnya, harga sukuk berpeluang besar menguat.
Sejak awal tahun hingga 22 Februari 2016 (year to date), rata-rata harga sukuk negara yang tercermin pada indeks IGSIX Clean Price sudah naik 2,72% ke level 102,16. Lalu, total return sukuk negara yang tercermin pada indeks IGSIX Total Return naik 3,9% pada periode yang sama.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat, per 22 Februari 2016, pemerintah telah menerbitkan sukuk sejumlah Rp 16,35 triliun.
Tahun ini, pemerintah menargetkan emisi sukuk sebesar Rp 130,21 triliun. Jadi, masih ada ruang penerbitan senilai Rp 113,86 triliun di sisa tahun ini.
Rencananya, kuota tersebut akan dipenuhi melalui 20 kali lelang reguler, penerbitan Sukuk Negara Ritel seri SR-008 dengan target Rp 25 triliun- Rp 30 triliun pada Maret 2016, serta emisi global sukuk.
Asal tahu saja, target suplai sukuk tahun ini lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun lalu, yaitu Rp 117,96 triliun.
Menurut Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Anil Kumar, meski pasokan bertambah, akan diimbangi dengan permintaan dari investor. Buktinya, dari tiga kali pelaksanaan lelang sukuk negara tahun ini, pemerintah selalu mencetak kelebihan permintaan.
Maklum, instrumen investasi berbasis syariah di dalam negeri masih terbatas. Menurut Anil, investor akan tertarik masuk lantaran didukung sejumlah sentimen. Seperti, inflasi Indonesia yang terjaga di level rendah dan lebih stabilnya rupiah.
Selain itu, Moody’s Investors Service menegaskan peringkat Indonesia di level layak investasi alias investment grade. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga lebih baik ketimbang negara berkembang lain, semisal Turki, Brazil, Peru, dan Afrika Selatan.
Potensi masuknya dana ke pasar obligasi negara juga disokong beleid Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mewajibkan industri keuangan non bank menempatkan dana minimal 10%-30% pada Surat Berharga Negara (SBN). Lalu, aturan tax amnesty yang segera berlaku juga berpeluang mendorong masuknya dana ke sukuk.
Selain itu, ketika investor global menilai Amerika Serikat sulit menaikkan suku bunga lagi, mereka akan memilih masuk ke pasar negara berkembang, terutama Indonesia. "Inilah yang akan mendukung kenaikan harga sukuk negara," papar Anil.
Analis PT Capital Asset Management Desmon Silitonga menambahkan, pemangkasan BI rate pada jangka panjang bisa berdampak positif bagi sektor riil dan rupiah.
Prospek pertumbuhan ekonomi yang bagus akan mendorong harga sukuk negara. Prediksi Desmon, total imbal hasil sukuk negara tahun ini akan berada di kisaran 11%-12%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News