Reporter: Rashif Usman | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), emiten ritel yang mengelola jaringan Alfamart menargetkan pertumbuhan kinerja positif pada tahun 2025.
Direktur Keuangan dan Corporate Secretary PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) Tomin Widian mengatakan perusahaan membidik peningkatan pendapatan di kisaran 7% hingga 8% sepanjang tahun 2025.
Angka target tersebut dinilai cukup realistis, mengingat kondisi ekonomi domestik yang masih perlu disikapi secara hati-hati khususnya di tahun 2025.
Baca Juga: Kantongi Restu Pemegang Saham, Sumber Alfaria (AMRT) Tebar Dividen Rp 1,4 Triliun
Sayangnya, Tomin belum bisa mengungkapkan nilai target pertumbuhan laba bersih atau kinerja bottom line di tahun ini. Yang jelas, perusahaan menargetkan untuk menambah 1.000 gerai di tahun 2025 untuk mengerek kinerja.
" Untuk penambahan gerai, target dari manajemen itu kurang lebih sama dengan beberapa tahun terakhir, yaitu kita targetkan di 1.000 toko," kata Tomin dalam agenda public expose, Kamis (22/5).
Adapun secara proporsi, penambahan gerai tahun ini akan lebih banyak di luar pulau Jawa. Sebagai informasi, AMRT mengoperasikan 23.277 gerai ritel dan 359 gerai entitas anak hingga periode akhir tahun 2024. Gerai tersebut mayoritas berada di area Jawa (non-Jabodetabek) sebesar 40%, luar pulau Jawa 35% dan sisanya 25% berada di Jabodetabek.
Ekspansi gerai ini pun berasal dari anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) yang disiapkan AMRT. Secara rinci, dana capex sekitar Rp 3 triliun akan digunakan untuk penambahan gerai dan perpanjangan toko. Sementara, anggaran capex berkisar Rp 1,5 triliun akan digunakan untuk mendirikan sejumlah gudang atau distribution centre (DC).
Baca Juga: Sumber Alfaria Bidik Pendirian 1.000 Gerai di Tahun 2025, Fokus di Luar Jabodetabek
"Capex 2025 berkisar Rp 4,5 triliun sampai Rp 5 triliun. Kurang lebih Rp 3 triliun itu terkait store ekspansi maupun perpanjang toko," ucap Tomin.
Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila melihat prospek kinerja AMRT untuk ekspansi mampu meningkatkan produktivitas dan penjualan. Akan tetapi, Indy menjelaskan bahwa ada biaya operasional tinggi dari rencana tersebut sehingga perlu ada kemampuan perusahaan untuk menjaga margin.
"Sentimen yang mempengaruhi AMRT ke depannya adalah daya beli masyarakat yang tergantung dengan makroekonomi dan juga rencana untuk fokus juga ke penjualan secara digital," ucap Indy kepada Kontan, Kamis (22/5).
Bagi investor dan pelaku pasar, Indy menyarankan agar mencermati tren daya beli masyarakat, pertumbuhan Same Store Sales Growth (SSSG), serta efisiensi operasional dari AMRT.
Sementara itu, Analis Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI), Muhamad Wafi, menerangkan kondisi fundamental bisnis AMRT cukup solid. Perusahaan dinilai diuntungkan oleh perubahan tren konsumsi masyarakat yang kini lebih mengarah pada pola belanja sesuai kebutuhan.
Baca Juga: Ini Strategi Sumber Alfaria (AMRT) Kelola Lawson
"Dari sisi harga (produk), jumlah SKU (stock keeping unit), serta penataan ruang toko juga lebih baik dibandingkan para pesaingnya," jelas Wafi kepada Kontan, Kamis (22/5).
Akuisisi Lawson
Belum lama ini, AMRT juga melakukan pembelian saham Lawson dari PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), selaku pemilik dan pemegang saham PT Lancar Wiguna Sejahtera (LWS).
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Direktur AMRT, Anggara Hans Prawira menyampaikan bahwa Lawson yang berfokus pada bisnis convenience store memiliki potensi pertumbuhan yang positif ke depannya.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa pada tahun 2025, perusahaan belum akan melakukan ekspansi secara masif terhadap gerai Lawson. Hal ini disebabkan oleh kinerja Lawson yang sebelumnya terus menurun, salah satunya akibat kurang tepatnya pemilihan lokasi gerai.
"Jadi ke depannya, sekarang langsung di bawah AMRT, kita akan lebih selektif dalam menentukan lokasi," papar Hans.
Baca Juga: Laba Sumber Alfaria (AMRT) Diprediksi Tumbuh Positif pada 2025, Cek Rekomendasinya
Selain itu, perusahaan juga berupaya untuk menyehatkan kinerja Lawson dengan memperbaiki bisnis model.
Sepanjang tahun 2024, Lawson menutup sebanyak 335 gerai. Dari semula 709 gerai pada Januari, jumlahnya menyusut menjadi 374 unit pada Desember 2024. Penutupan ini berlanjut di kuartal pertama 2025, di mana 11 gerai kembali ditutup. Alhasil, per Maret 2025, jumlah gerai Lawson tersisa 363 unit.
Adapun, Indy menilai akuisisi saham Lawson tersebut ke depannya akan meningkatkan sinergi dan memperluas segmentasi pasar.
Sementara itu, Wafi menerangkan langkah strategis terbaru berupa akuisisi penuh atas Lawson dari MIDI juga dinilai tepat. Hal ini didukung oleh potensi pertumbuhan segmen minimarket niche seperti Lawson yang masih terbuka lebar.
Wafi memperkirakan target pertumbuhan pendapatan AMRT sebesar 8% pada tahun 2025 dapat tercapai, bahkan berpeluang lebih tinggi jika proses integrasi Lawson berjalan lancar.
Rekomendasi Saham
Indy menyarankan untuk buy saham AMRT dengan target harga berada di level Rp 3.000 per saham.
Wafi mencatat bahwa valuasi saham AMRT saat ini sudah cukup tinggi, dengan price to earnings ratio (PER) berada di kisaran 30 kali, di atas rata-rata industri yang berada di angka 27 kali.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, Wafi memberikan rekomendasi netral untuk saham AMRT dengan target harga di level Rp 2.750.
Selanjutnya: Kasus Timah, Pendiri Sriwijaya Air Dituntut Bayar Uang Pengganti Rp 1,06 Triliun
Menarik Dibaca: KAI Buka Lowongan di Job Fair Nasional Naker Fest 2025, Ini Daftar Posisinya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News