Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Tren penurunan yield surat utang negara (SUN) sepanjang 2015 diperkirakan ikut mendorong rendahnya kupon sukuk ritel seri SR 007 yang akan ditawarkan pemerintah. Analis memperkirakan kupon sukuk ritel akan ditetapkan di kisaran 7,5% hingga 9%.
Analis BNI Securities I Made Adi Saputra memperkirakan kupon sukuk ritel akan ditawarkan di kisaran 7,5% hingga 7,75%. Prediksi kupon ini mempertimbangkan yield SUN bertenor tiga tahun saat ini yang berada di kisaran 6,9%. Informasi saja, yield SUN bertenor tiga tahun tersebut telah turun dibandingkan posisi 14 Februari 2014 saat penawaran sukuk ritel tahun lalu yang di level 7,5%.
"Kondisi saat ini yield SUN mengalami penurunan didorong oleh aliran dana yang masuk dari investor asing," ujar Made, Jakarta, Senin (9/2).
Kendati demikian, kata Made, asumsi kupon tersebut kurang menarik bagi investor ritel. Maklum, suku bunga deposito saat ini masih tinggi. Tingkat bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) bank umum dalam denominasi rupiah saja saat ini berkisar 7,75%. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) lebih besar lagi, yakni sebesar 10,25%.
"Sehingga pemerintah perlu mempertimbangkan tingkat suku bunga deposito saat sukuk ritel nanti diterbitkan sehingga menarik investor," tutur Made.
Apabila suku bunga deposito tidak turun, maka diperkirakan sukuk ritel akan diserbu spekulan. Investor yang masuk hanya mencari keuntungan dari kenaikan harga di pasar sekunder dalam jangka pendek. "Sehingga tujuan dari sukuk ritel untuk investor ritel tidak akan tercapai. Karena yang nantinya akan menikmati adalah investor institusi yang membeli di pasar sekunder," tutur Made.
Namun, apabila suku bunga desito turun yang tercermin dari penurunan suku bunga acuan bank Indonesia (BI rate) ke level 7,5%, maka kupon tersebut akan menarik bagi investor.
Analis Millenium Danatama Asset Management Desmon Silitonga memperkirakan kupon sukuk ritel akan ditetapkan di kisaran 8,25% hingga 9%. "Kemungkinan bisa di bawah 8,5%," ujar Desmon.
Apabila ditetapkan di bawah 8,5%, maka kupon SR007 akan lebih rendah dibandingkan SR006 tahun lalu yang sebesar 8,75%. Menurut Desmon, rendahnya kupon disebabkan oleh mulai turunnya laju inflasi dan tren yield SUN di pasar sekunder.
Kupon tersebut cukup menarik bagi investor. Apalagi, kata Desmon, inflasi Februari diperkirakan akan kembali turun akibat dampak penurunan harga bahan bakar minyak (BBM).
Dengan kupon tersebut, investor masih akan untung apabila dibandingkan dengan memarkirkan dana di deposito. Investor akan memperoleh insentif pemotongan pajak 15% atau lebih ringan dibandingkan deposito yang sebesar 20%.
Selain itu, investor akan memperoleh capital gain dari kenaikan harga sukuk ritel di pasar sekunder. Biasanya, harga sukuk ritel juga akan melejit saat pertamakali ditransaksikan di pasar sekunder.
"Keuntungan lain, investasi di sukuk ritel digransi penuh oleh pemerintah serta sangat likuid sehingga sewaktu--waktu dapat dicairkan oleh investor," tutur Desmon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News