Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Obligasi Negara Ritel seri ORI024 akan segera terbit dalam dua seri. ORI024 akan terbit dengan tenor tiga tahun dan enam tahun dan kupon masing-masing sebesar 6,10% dan 6,35%. Analis menilai tawaran kupon mendorong minat permintaan yang tinggi.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan, kupon yang ditawarkan di atas 6% seiring dengan yield Surat Berharga Negara (SBN) yang sedang tertekan di level 7%.
Meski begitu, tekanan yield lebih disebabkan pasar global sehingga kupon yang ditawarkan menarik lantaran kondisi makro Indonesia relatif stabil. "BI mempertahankan suku bunga, tetapi yield SBN di pasar juga merangkak naik sehingga untuk investor yang baru mau masuk return yang akan didapatkan lebih menarik," ujar dia kepada Kontan.co.id, Jumat (6/9).
Selain kupon yang tinggi, Ramdhanmenyebut ORI sudah menjadi salah satu alternatif instrumen investasi yang diminati dalam lima tahun terakhir. Salah satu pendorongnya dari return yang diberikan dibandingkan dengan instrumen yang sejenis, yakni deposito.
Baca Juga: ORI024 Segera Terbit, Pemerintah Tetapkan Kupon 6,10% dan 6,35%
Karenanya, dia pun memperkirakan penyerapan ORI024 bisa mencapai di atas Rp 25 triliun. "Saya perkirakan setidaknya di atas Rp 20 triliun, bahkan di atas Rp 25 triliun," kata Ramdhan.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana sepakat bahwa pada masyarakat terdapat pergeseran perilaku dari investasi pendapatan tetap dalam bentuk deposito ke SBN. Hal ini terlihat dari penambahan Single Investor Identification (SID).
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor pasar modal mencapai 11,42 juta SID hingga akhir Juli 2023. Adapun investor saham dan surat berharga lainnya juga mengalami peningkatan sebesar 11,35% dari 4,43 juta SID di akhir 2022 menjadi 4,88 SID pada akhir Juli 2023.
Selain itu, juga karena perbandingan suku bunga deposito yang lebih rendah di kisaran 4%. "Lalu, terdapat PPh yang lebih tinggi sebesar 20% dibandingkan pajak SBN sebesar 10%," jelas Fikri.
Baca Juga: Pemerintah Segera Terbitkan ORI024, Ini Kata Ekonom
Meski demikian, Fikri memproyeksikan hasilnya akan berada di bawah penawaran sebelumnya yaitu ORI023 pada Juli lalu sebesar Rp 28,3 triliun. Ia menilai, penyerapan akan berkisar Rp 15 triliun hingga Rp 20 triliun atau sesuai dengan proyeksi pemerintah.
"Sebab ada pertimbangan konsumsi masyarakat yang lebih tinggi di akhir tahun," kata Fikri.
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi menambahkan, meskipun return yang ditawarkan mampu bersaing dengan inflasi dan risiko default yang rendah, investor juga perlu memperhatikan likuiditas jika mengharapkan return optimal.
"Kekurangannya adalah likuiditas yang lebih rendah dibandingkan instrumen lain seperti saham dan obligasi korporasi, serta potensi untuk mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi di instrumen yang lebih berisiko," imbuh Reza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News