Reporter: Nathania Pessak | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - Meski Korea Utara kembali meluncurkan rudal ke Samudera Pasifik melewati wilayah Jepang, harga emas tidak bergerak signifikan. Analis menduga, hal ini lantaran emas sudah berada di level yang terlalu tinggi.
Mengutip Bloomberg, Jumat (15/9), harga emas kontrak pengiriman Desember 2017 di Commodity Exchange naik tipis 0,18% ke level US$ 1.331,80 per ons troi dibanding hari sebelumnya. Dalam sepekan, emas bahkan tergerus 1,43%.
"Sempat menguat di awal, tetapi berbalik melemah lagi karena dollar terbilang cukup kuat hari ini. Juga orang-orang masih menganggap harga emas terlalu tinggi," papar Research & Analyst Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra, hari ini.
Menurut Putu, harga emas dianggap tinggi, karena adanya outlook pengetatan moneter yang dilakukan sejumlah bank sentral dunia. Pertama, Bank of Canada sudah menaikan suku bunga acuan, yang kemudian disusul rencana Bank of England (BOE) yang juga berniat menaikan suku bunga acuan.
Sementara, rencana European Central Bank (ECB) terkait tapering off juga dinilai berdampak negatif terhadap emas. "Karena pengetatan moneter secara global ini, pelaku pasar merasa harga emas tinggi," imbuh Putu.
Kendati demikian, Putu bilang, sejatinya emas masih dalam tren bullish, karena sudah menyentuh area US$ 1.300 per ons troi. Namun, ia tidak menampik jika semua kebijakan moneter tersebut terlaksana, maka harga emas dapat kembali berbalik ke area di bawah US$ 1.290 per ons troi di akhir tahun ini.
Putu memprediksi, Senin (18/9), harga emas akan berada di kisaran US$ 1.310-US$ 1.345 per ons troi. "Ada potensi menguat karena tidak menutup kemungkinan ketegangan geopolitik masih akan berlanjut memanas," proyeksinya.
Sementara, sepekan mendatang, emas diramal bergerak di rentang US$ 1.300-US$ 1.370 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News