kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.513.000   -1.000   -0,07%
  • USD/IDR 15.935   10,00   0,06%
  • IDX 7.327   130,75   1,82%
  • KOMPAS100 1.120   21,42   1,95%
  • LQ45 884   14,25   1,64%
  • ISSI 223   3,07   1,39%
  • IDX30 452   7,34   1,65%
  • IDXHIDIV20 542   7,51   1,40%
  • IDX80 128   2,15   1,70%
  • IDXV30 131   2,15   1,67%
  • IDXQ30 150   2,26   1,53%

Strategi Susun Alokasi Portofolio Investasi di Tengah Potensi Penurunan Suku Bunga


Kamis, 01 Agustus 2024 / 21:42 WIB
Strategi Susun Alokasi Portofolio Investasi di Tengah Potensi Penurunan Suku Bunga
ILUSTRASI. Perbandingan imbal hasil investasi dari beberapa jenis investasi. Investasi bitcoin masih memberikan imbal hasil tertinggi diikuti oleh emas batangan dan emas di pasar spot dan valuta asing dollar Amerika Serikat. Sumber: Harian Kontan Edisi Sabtu, 4 November 2023.


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bitcoin (BTC) dan emas mencatatkan kinerja tertinggi sepanjang Juli 2024. Di mana, Bitcoin naik sebesar 9,20,% secara bulanan atau Month of Month (MoM) dan melonjak 52,93% secara year to date (YTD) alias sejak awal tahun. Sedangkan emas spot menguat 5,76% MoM dan naik 19,63% secara YTD. 

Kendati begitu, aset kripto saat ini berisiko tinggi karena kondisi sedang tidak pasti. Namun, harga emas diproyeksi bakal lebih bersinar di akhir tahun 2024. Logam kuning akan mendapat dukungan dari pelonggaran kebijakan moneter hingga permintaan yang meningkat dari India.

Dalam kondisi seperti ini, investor tetap perlu kembali menata portofolio investasi. Pasalnya, perang masih terus berlangsung di Timur Tengah dan konflik dapat sewaktu-waktu terjadi lebih meletup lagi.

Baca Juga: Sejumlah Perusahaan Reasuransi Merilis Kinerja Semester I-2024 dengan Hasil Beragam

Menanggapi hal ini, Head of Investment Research Moduit Manuel Adhy Purwanto menuturkan, kenaikan kinerja aset berisiko salah satunya Bitcoin diperkirakan terjadi karena inflasi konsumen di Amerika Serikat (AS) pada bulan Juni kembali turun menjadi 3% secara year on year (YoY) dari sebelumnya 3,3% YoY. 

Sehingga, Manuel bilang, hal ini memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan mulai memangkas suku bunga dari level saat ini di 5,25-5,50%. Selain itu, probabilitas penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin atau 0,25% pada bulan September telah mencapai 86%. 

Menurut dia, pernyataan Ketua The Fed, Powell, juga mendukung hal ini dengan mengatakan bahwa kondisi ekonomi AS kini sudah jauh berbeda dibandingkan setahun yang lalu. Inflasi sudah melandai sementara tingkat pengangguran meningkat.

Tak hanya itu, Manuel menyebutkan bahwa penurunan indeks dolar AS, yang merupakan acuan mata uang USD terhadap semua mata uang, juga turun ke 104 pada akhir Juli 2024, dari 106 pada akhir Juni 2024. 

“Penurunan indeks dolar AS ini turut mendorong kenaikan harga komoditas seperti emas, di tengah masih berlanjutnya konflik geopolitik di Timur Tengah. Maka dari itu, kinerja emas naik sepanjang Juli 2024,” kata Manuel kepada Kontan.co.id, Kamis (1/8). 

Baca Juga: Total Pembiayaan Hijau BSI Capai Rp 13,4 Triliun per Juni 2024

Ia menilai, ekspektasi penurunan suku bunga yang merupakan tolok ukur aset bebas risiko, akan memberikan dampak positif terhadap aset seperti saham, obligasi, dan kripto, karena investor cenderung akan mengalihkan investasinya dari deposito jika suku bunganya cenderung turun.

Untuk itu, Manuel mengatakan bahwa para investor saat ini bisa mempertimbangkan, untuk menyesuaikan portofolio investasi dengan aset yang lebih agresif. 

“Jadi yang terpenting, pahami aset investasi yang dipilih dan pastikan setiap keputusan investasi diambil berdasarkan pertimbangan rasional, bukan hanya emosional,” kata dia. 

Manuel menuturkan, dengan melihat kondisi pasar, investor dapat mempertimbangkan alokasi aset berikut.

Investor Konservatif

  • 30% reksadana pasar uang,
  • 40% obligasi atau reksadana pendapatan tetap
  • 10% emas
  • 20% saham atau reksadana saham

Investor Moderat

  • 10% reksadana pasar uang
  • 40% obligasi atau reksadana pendapatan tetap
  • 10% emas
  • 40% saham atau reksadana saham

Investor agresif:

  • 20% reksadana pendapatan tetap atau obligasi
  • 20% emas
  • 60% saham atau reksadana saham

Selaras dengan hal ini, Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan, pergerakan harga Bitcoin (BTC) selama bulan Juli 2024 menunjukkan hasil yang cukup memuaskan, terlihat dari kinerjanya yang naik 9,20% sepanjang Juli 2024. 

Berdasarkan data Bitcoin Monthly Returns, pertumbuhan nilai BTC naik seignifikan sebesar 3,14%, dibandingkan bulan sebelumnya yang turun mencapai -6,96%. 

“Maka di bulan Agustus juga menjadi harapan baru bagi investor untuk potensi harga Bitcoin bisa mencapai nilai tertunggi sepanjang masa kembali,” kata Fyqieh kepada Kontan.co.id, Kamis (1/8). 

Namun, Fyqieh menyebutkan, di awal bulan Agustus, Bitcoin dan pasar kripto secara keseluruhan mengalami penurunan tajam. Pada Kamis (1/8), harga Bitcoin turun karena meningkatnya risiko geopolitik yang menarik perhatian investor setelah pertemuan The Fed bulan Juli berakhir. 

Di mana, Bitcoin turun di bawah level US$ 65.000 dari sekitar level US$ 66.500 setelah konferensi pers Ketua Fed, Jerome Powell, yang mengumumkan tetap mempertahankan laju suku bunga pada 5,25-5,5%. Mengutip CoinmarketCap, harga BTC melemah 2,33% ke level US$ 64.704 pada Kamis, (1/8) pukul 20.15 WIB. 

Baca Juga: Saratoga Investama Sedaya Optimalkan Peluang Investasi di Brawijaya Healthcare

Fyqieh menilai, penurunan harga Bitcoin ini banyak dipengaruhi oleh sentimen distribusi BTC oleh Mt. Gox, transfer Bitcoin senilai $2 miliar oleh pemerintah AS, serta kondisi geopolitik Timur Tengah yang memanas kembali pasca pimpinan Iran dilaporkan memerintahkan serangan balasan terhadap Israel atas wafatnya Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh.

“Sentimen pasar juga terpengaruh oleh ketidakpastian seputar regulasi kripto global dan kekhawatiran akan inflasi yang meningkat," kata Fyqieh.

Kendati begitu, dia memprediksi harga Bitcoin akan kembali naik di atas US$ 70.000 atau sekitar Rp1,13 miliar pada Agustus ini. Namun, Bitcoin memerlukan bantuan makro lebih lanjut dalam bentuk putaran inflasi yang lebih rendah dan proyeksi pemangkasan suku bunga Fed, untuk memicu kenaikan harga.

Investasi Saham Juga Memiliki Return Tinggi

Sementara itu, Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) Eri Kusnadi mengatakan, investasi saham dan obligasi korporasi juga memiliki kinerja yang cukup tinggi. Di mana, saham kinerjanya tercatat naik 2,72% secara MoM dan meningkat 0,66% secara YtD.

Eri menjelaskan, kenaikan ini dipengaruhi inflasi AS Juni, yang nilainya di bawah ekspektasi atau lebih baik, serta membaiknya sentimen dalam negeri seiring earning season. Dia memprediksi bahwa ke depannya kinerja saham masih tetap cukup baik, terutama setelah pertemuan the Fed semalam, sehungga ada kemungkinan suku bunga di AS akan di potong lebih cepat atau pada September 2024. 

Dia mengatakan bahwa dalam kondisi pasar yang tidak pasti seperti saat ini, diversifikasi portofolio menjadi kunci untuk mengurangi risiko dan memaksimalkan potensi keuntungan.

Baca Juga: Kembangkan Bisnis Wisata Golf, Cermati Target dan Strategi Intra Golflink (GOLF)

Eri menilai, untuk instrumen menarik yang bisa dikoleksi investor dengan kondisi saat ini yaitu reksadana pendapatan tetap dan saham karena ada probabilitas besar The Fed akan menurunkan suku bunga acuan, yang kemungkinan akan diikuti oleh Bank Indonesia (BI).

"Tetapi, terkait apakah lebih baik pegang tunai atau tidak, ini tergantung pada tujuan investasi dan toleransi risiko masing-masing," kata Eri kepada Kontan.co.id, Kamis (1/8). 

Eri menyebut, jika investor mencari keamanan dan likuiditas, maka memegang sebagian portofolio dalam bentuk tunai atau setara tunai mungkin bijaksana. Terutama, jika para investor memerlukan dana dalam waktu dekat atau ingin memiliki dana cadangan untuk memanfaatkan peluang investasi yang muncul tiba-tiba.

Namun, ia menuturkan, apabila investor memiliki horizon investasi jangka panjang dan dapat menoleransi volatilitas pasar, maka mengalokasikan dana ke instrumen investasi dengan potensi pertumbuhan berpotensi lebih menguntungkan.

“Jadi investor bisa melakukan investasi sesuai dengan risk profile masing-masing, lalu punya pandangan jangka panjang, lalu kalau ada kesempatan averaging di harga lebih murah, maka sebaiknya dimanfaatkan,” imbuhnya. 

Baca Juga: Pemangkasan Suku Bunga The Fed Dapat Kerek Kinerja Reksadana Offshore

Eri merekomendasikan alokasi portofolio investasi berdasarkan tipe investor.

Investor dengan profil risiko konservatif

40% reksadana pasar uang

50% obligasi atau reksadana pendapatan tetap

10% saham atau reksadana saham

Investor dengan profil risiko moderat 

30% reksadana pasar uang

40% reksadana pendapatan tetap

30% reksadana saham

Baca Juga: Kinerja Reksadana Kembali Menguat di Semester II-2024, Simak Katalis Pendorongnya

Investor dengan profil risiko agresif

20% reksadana pasar uang atau obligasi

40% reksadana pendapatan tetap

40% saham atau reksadana saham

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×