kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Strategi Sucorinvest AM buat 2 produk reksadana pasar uang masuk 5 besar terbaik


Selasa, 05 Januari 2021 / 11:01 WIB
Strategi Sucorinvest AM buat 2 produk reksadana pasar uang masuk 5 besar terbaik
ILUSTRASI. Strategi Sucorinvest AM buat 2 produk reksadana pasar uang masuk 5 besar terbaik


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Tahun 2020 adalah tahun yang diselimuti banyak ketidakpastian. Tak pelak, memilih reksadana pasar uang menjadi opsi untuk tetap bisa mendapatkan imbal hasil yang positif sekaligus untuk menjaga likuiditas.

Asal tahu saja, secara full year, kinerja reksadana pasar uang yang tercermin dari Infovesta 90 Money Market Fund Index tercatat membukukan kinerja 4,67%. Perolehan tersebut hanya kalah dari reksadana pendapatan tetap.

Kendati demikian, terdapat beberapa reksadana pasar uang yang dari segi kinerja justru mampu mengungguli kinerja indeks acuan tersebut. Bahkan, dua produk reksadana pasar uang milik Sucorinvest Aset Manajemen tak hanya menungguli indeks, namun juga masuk lima besar dengan kinerja terbaik.

Merujuk data dari Infovesta Utama, sepanjang 2020 reksadana Sucorinvest Sharia Money Market Fund berhasil mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,80%.

Baca Juga: Tahun 2021 masih penuh ketidakpastian, reksadana ini bisa jadi pilihan menarik

Sucorinvest Sharia Money Market Fund pun menjadi reksadana pasar uang dengan kinerja terbaik kedua. Sementara Sucorinvest Money Market Fund menghasilkan return 6,58% dan menjadi reksadana pasar uang dengan kinerja terbaik kelima.

Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf menjelaskan, dari strategi pengelolaan kedua produk tersebut tidak banyak mengalami perubahan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Strateginya masih menggunakan pengelolaan secara aktif dengan pengelolaan dan pemilihan obligasi menggunakan market timing yang optimal.

“Jadi kami membeli obligasi korporasi yang berkualitas namun di saat harga memang sedang murah. Di satu sisi, kami bersyukur dua produk kami ini punya dana kelolaan yang besar, sehingga memungkinkan kami untuk menjalin kesepakatan dengan beberapa emiten,” terang Dimas kepada Kontan.co.id, Senin (4/1).

Baca Juga: Ini produk reksadana dengan return tertinggi di 2020

Lebih lanjut, Dimas bilang, Sucorinvest aktif mencari emiten yang dianggap berkualitas dan mau menerbitkan obligasi atau sukuk korporasi dengan imbal hasil yang menarik. Dengan dana kelolaan yang besar, Sucorinvest jadi bisa langsung melakukan transaksi untuk membeli obligasi atau sukuk korporasi tersebut.

Begitu pun dari sisi deposito. Dengan dana kelolaan yang besar, Sucorinvest pun bisa memanfaatkannya untuk dealing langsung dengan beberapa perbankan yang punya rate lebih tinggi, sekaligus lebih fleksibel dari sisi likuiditas.

Baca Juga: Pasar saham membaik, kinerja investasi asuransi jiwa diramal pulih di tahun ini

Menyambut tahun ini, reksadana pasar uang dinilai masih tetap jadi pilihan yang menarik. Hanya saja, Dimas mengatakan potensi penurunan imbal hasil masih cukup terbuka. Menurutnya, masih akan terjadi ekses likuiditas karena dana perbankan masih belum secara optimal dapat dialihkan ke kredit riil.

Dimas menilai, hal ini berpotensi membuat suku bunga deposito bisa kembali turun. Ditambah lagi, produk obligasi korporasi bertenor di bawah satu tahun diperkirakan akan memberikan imbal hasil yang lebih kecil seiring tren suku bunga yang juga rendah. Dus, ini bisa memengaruhi potensi imbal hasil dari reksadana pasar uang.

“Tapi reksadana pasar uang masih tetap jadi pilihan yang optimal karena baik dari sisi risk & reward maupun likuiditas jauh lebih menarik dibanding deposito. Kami dari Sucorinvest masih tetap mengusahakan membuat kinerja reksadana pasar uang kami bisa kembali mengungguli indeks,” tutup Dimas.

Selanjutnya: Cara BP Jamsostek menumbuhkan dana kelolaan yang nilainya ratusan triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×