Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) menyiapkan sejumlah strategi untuk mengembangkan empat pilar bisnisnya pada tahun ini. Meliputi bisnis pertambangan & perdagangan batubara, penyediaan tenaga listrik & uap, perdagangan pupuk & bahan kimia, serta bisnis teknologi.
Merujuk keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Sabtu (20/4), DSSA mengusung dua strategi untuk memperkuat pilar utamanya, yakni bisnis pertambangan & perdagangan batubara. DSSA akan memperkuat kinerja dari setiap aset yang dimiliki, sekaligus memperluas pangsa pasar.
Pada pilar penyediaan tenaga listrik & uap, DSSA berencana mengembangkan bisnis energi baru dan terbarukan. Dalam bisnis ini DSSA akan menyasar pengembangan di segmen panas bumi dan tenaga surya.
Dalam pilar perdagangan pupuk & bahan kimia, DSSA bakal meningkatkan penjualan ragam produk kimia khusus untuk berbagai industri. Kemudian di pilar bisnis teknologi, DSSA menyiapkan tiga strategi.
Baca Juga: Kinerja Emiten Sinar Mas Dian Swastatika (DSSA) Terpangkas Penurunan Batubara
Emiten dari grup konglomerasi Sinar Mas di sektor energi dan infrastruktur ini akan memperkuat infrastruktur teknologi, mengembangkan inovasi digital, serta memaksimalkan kerja sama dan investasi pada perusahaan rintisan di bidang teknologi.
Asal tahu saja, bisnis pertambangan & perdagangan batubara masih menjadi pilar utama penyokong kinerja DSSA. Berkaca dari laporan keuangan tahun buku 2023, sebanyak 93,21% pendapatan usaha DSSA bersumber dari pilar bisnis tersebut.
DSSA meraup US$ 4,67 miliar dari bisnis pertambangan & perdagangan batubara. Jika dibandingkan secara tahunan (year on year/YoY), capaian tersebut anjlok 17,78% ketimbang tahun 2022 yang kala itu sebesar US$ 5,68 miliar.
Anjloknya pilar bisnis pertambangan & perdagangan batubara menyeret penurunan pendapatan dan laba bersih DSSA. Sepanjang tahun lalu, DSSA mengantongi pendapatan usaha sebesar US$ 5,01 miliar, merosot 15,8% ketimbang pendapatan tahun 2022 yang mencapai US$ 5,95 miliar.
"Perseroan mencatatkan penurunan pendapatan sebesar 15,8% YoY pada tahun 2023, yang terutama disebabkan oleh penurunan pendapatan dari bisnis batubara karena penurunan harga jual rata-rata batubara," ungkap manajemen DSSA dalam keterbukaan informasi, Sabtu (20/4).
Secara bottom line, DSSA meraih laba bersih senilai US$ 426,17 juta pada tahun 2023. Ambles 27,75% dibandingkan laba tahun berjalan yang teratribusikan pada pemilik entitas induk DSSA pada tahun 2022 yang kala itu mencapai US$ 589,89 juta.
Sekadar mengingatkan, bisnis batubara DSSA bergulir melalui Grup PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) dan PT Bumi Kencana Eka Sejahtera. Lokasi tambang utama berada di Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan dan Jambi.
Baca Juga: Cisarua Mountain Dairy (CMRY) Meraih Kinerja Apik di 2023, Ini Faktor Pendorongnya
Dari sisi kinerja operasional, sepanjang tahun lalu produksi batubara DSSA mencapai 56,3 juta ton, naik 12,1% dibandingkan 50,3 juta ton pada 2022. Sedangkan volume penjualan batubara mencapai 56,8 juta ton, meningkat 11,4% ketimbang 51 juta ton pada tahun 2022.
Pilar pertambangan & perdagangan batubara menyumbang pendapatan terbesar DSSA dengan porsi 93,2%. Dalam distribusi pendapatan DSSA tahun 2023, sisanya bersumber dari perdagangan pupuk dan bahan kimia dengan porsi 4,2%, multimedia sebanyak 1,8%, penyediaan tenaga listrik dan uap 0,8% serta dari bisnis lainnya.
Dalam upaya menggarap strategi pengembangan usaha pada pilar-pilar bisnisnya, DSSA pun aktif menghimpun pendanaan sejak akhir tahun lalu. Sedangkan pada tahun 2024, belum lama ini DSSA telah mencatatkan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Tahap I di Bursa Efek Indonesia.
PUB Tahap I tersebut terdiri dari Obligasi Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2024 sebesar Rp 350 miliar dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2024 sebesar Rp 150 miliar.
Setelah dikurangi biaya-biaya, sekitar 70% dana yang terkumpul dari hasil emisi PUB Tahap I akan dialokasikan untuk pengembangan bisnis penyediaan layanan internet dan multimedia melalui entitas anak DSSA, PT Eka Mas Republik. Sementara sisanya akan digunakan untuk modal kerja dan keperluan korporat umum lainnya.
"Pada masa penawaran awal, PUB Tahap I mendapatkan tanggapan yang sangat positif dari investor hingga mengalami kelebihan permintaan 4,6 kali," ungkap manajemen DSSA dalam keterbukaan informasi, Jum'at (19/4).
Adapun, PUB Tahap I ini merupakan bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan yang terdiri dari Obligasi Berkelanjutan I dan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I dengan total nilai sebesar Rp 7 triliun, yang mendapatkan peringkat idAA (Double A) dan idAA (sy) (Double A Syariah) dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).
Dari sisi pergerakan saham, hingga perdagangan Jumat (19/4) DSSA masih parkir di level harga Rp 123.000 per saham. Secara year to date, harga saham DSSA telah mengakumulasi kenaikan sebanyak 53,75%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News