Reporter: Riska Rahman | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang akhir tahun ini, tiga emiten berniat memecah nilai saham mereka menjadi lebih kecil. Aksi korporasi yang dikenal dengan istilah stock split ini berpotensi membuat harga sahamnya semakin murah, sekaligus menambah jumlah saham yang beredar di pasar.
Dua emiten, PT Mitra Komunikasi Nusantara Tbk (MKNT) dan PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA), telah mengantongi izin dari para pemegang saham untuk melakukan stock split. MKNT akan melaksanakan stock split dengan rasio 1:5 dan ESSA akan memecah sahamnya dengan rasio 1:10.
Sementara itu, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) akan melaksanakan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) demi mencari restu pemegang saham untuk memecah nilai sahamnya dengan rasio 1:5.
Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra mengatakan, secara teori stock split akan mempengaruhi pergerakan harga saham tersebut. Selain itu, stock split juga bisa membuat volume perdagangan saham semakin meningkat yang berpengaruh pada tingkat likuiditas saham.
Diantara ketiga saham ini, menurut Aditya, saham TPIA yang paling menarik pasca stock split nanti. "Kinerjanya juga positif sekali di tahun lalu dan ke depannya saya yakin akan meneruskan kinerja ini," ujar Aditya kepada KONTAN, Selasa (24/10).
Tapi, saat ini, harga saham TPIA sangat mahal sehingga walaupun memiliki fundamental yang baik, masih banyak investor yang kesulitan untuk masuk ke saham ini. Hal ini terutama dialami oleh para investor ritel lantaran mereka tidak memiliki modal yang cukup untuk masuk ke saham yang ditutup di level Rp 26.575 pada Kamis (26/10) ini.
Untuk saham MKNT dan ESSA, Aditya memandang investor harus melihat kinerja perusahaan terlebih dulu. "Lihat dulu apakah dua saham ini berhasil membukukan keuntungan atau justru malah membukukan kerugian? Kalau rugi, berarti mereka tidak memiliki capital gain, tidak bisa bayar utang, dan juga tidak bisa bayar dividen ke pemegang sahamnya," papar Aditya.
Selain kinerja, Aditya juga mengimbau investor untuk memperhatikan valuasi saham sebelum masuk ke saham-saham ini pasca stock split nanti. Pasalnya, hal ini menjadi penentu apakah harga saham tersebut sudah dalam posisi terlalu mahal atau justru masih murah sehingga pantas untuk diakumulasikan.
Walau diantara ketiga saham tersebut Aditya memandang TPIA merupakan saham yang paling menarik, ia melihat valuasi saham emiten petrokimia ini masih cenderung mahal. "Price to earning ratio (PER) TPIA saat ini berada di angka 20 kali. Secara sektoral, angka ini cenderung mahal dibanding saham lain di sektor industri yang sama," paparnya.
Namun, ia melihat ada masih ada kemungkinan harga saham TPIA untuk bergerak naik pasca stock split nanti. Harga saham TPIA yang akan berada di kisaran Rp 5.000-an pasca stock split nanti memiliki potensi untuk bergerak ke level Rp 6.000.
Aditya pun merekomendasikan buy on weakness untuk saham TPIA di level Rp 27.000 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News