Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
SRIL pun masih belum bisa lepas dari bayang-bayang delisting. BEI kembali mengingatkan potensi untuk menghapus pencatatan saham SRIL, sehubungan dengan masa suspensi yang telah mencapai 30 bulan per tanggal 18 November 2023.
Direktur Keuangan & Sekretaris Perusahaan Sritex Welly Salam menegaskan komitmen SRIL untuk tetap mencatatkan sahamnya di BEI. Kata dia, SRIL masih berupaya memperbaiki kinerja sembari menyelesaikan berbagai hal terkait Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) dan persoalan lainnya agar suspensi saham bisa dicabut.
Terkait pembayaran PKPU, Welly mengklaim sampai saat ini berjalan dengan baik. Hanya saja, masih perlu waktu untuk menuntaskan berbagai proses tersebut. Welly menjelaskan, masih ada penyelesaian restrukturisasi anak usaha di Singapura masih menunggu persidangan pada minggu kedua Desember 2023.
Baca Juga: Kinerja Sri Rejeki Isman (SRIL) Masih Mengalami Efek Tekanan Global
Selain itu, pengakuan PKPU di Amerika Serikat (AS) akan mulai berproses pada tahun 2024. "Manajemen SRIL telah menyampaikan informasi kepada pihak BEI bahwa membutuhkan waktu sampai akhir tahun 2024 terkait penyelesaian masalah hukum di Singapura dan AS terkait restrukturisasi anak perusahaan serta pengakuan PKPU," kata Welly kepada Kontan.co.id, Selasa (21/11).
Dari sisi kinerja bisnis, Welly mengungkapkan pada tahun 2023 ini industri tekstil secara umum menghadapi sejumlah tantangan, terutama di pasar ekspor. Kondisi ini sebagai dampak dari situasi geopolitik yang menyebabkan penurunan permintaan dari pasar luar negeri.
Sedangkan di pasar domestik, masih harus berhadapan dengan gempuran dari produk-produk impor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) ilegal. Di samping itu, hambatan lainnya datang dari biaya produksi terbilang tinggi.
"Karena ketergantungan yang tinggi atas impor kapas dan juga biaya energi yang lebih tinggi dibandingkan negara-negara produsen TPT di Vietnam dan Bangladesh. Terlebih dengan penurunan utilisasi menyebabkan biaya semakin tinggi," terang Welly.
Adapun, hingga kuartal III-2023 divisi pemintalan (spinning) masih menjadi penopang utama dengan kontribusi US$ 154,46 juta atau 62,15% dari total penjualan SRIL.
Baca Juga: Menghindari Jeratan Delisting, Begini Berbagai Langkah SRIL
Kemudian dari divisi kain jadi (finishing) US$ 60,44 juta [24.32%], divisi konvensi (garment) US$ 21,27 juta [8,56%] dan divisi pertenunan (weaving) sebesar US$ 12,34 juta atau 4,97% dari total penjualan.
Welly menyampaikan, SRIL terus melakukan berbagai upaya perbaikan dan efisiensi untuk menyesuaikan dengan kondisi makro dan mikro yang sedang berlangsung.
"Kami berharap dengan adanya upaya perbaikan ini, Perseroan dapat secara bertahap memperbaiki kondisi keuangan dan pada akhirnya dapat kembali mencatat keuntungan," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News