Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sukuk Negara Ritel (Sukri) seri SR011 akan segera ditawarkan pada 1—21 Maret mendatang. Analis memperkirakan instrumen ini tetap menjadi buruan para investor walau kupon yang ditawarkan diprediksi tidak setinggi seri-seri Surat Berharga Negara (SBN) ritel yang telah terbit di tahun ini.
Research Analyst Capital Asset Management Desmon Silitonga menilai, kupon SR011 tidak akan berbeda jauh dari yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 3 tahun, yakni seri FR0035. Hingga hari ini (25/2), yield seri tersebut bertengger di level 7,52%.
Dari situ, ia memproyeksikan, kupon SR011 berada di kisaran 7%-8%. Proyeksi tersebut sebenarnya lebih rendah dari kupon minimal dua SBN ritel yang telah terbit sejauh ini, yakni SBR005 dan ST003 masing-masing sebesar 8,15%.
Di sisi lain, angka tersebut jauh lebih tinggi ketimbang kupon SR010 yang terbit di tahun lalu yaitu sebesar 5,90% per tahun. Menurut Desmon, angka 7%-8% sudah cukup menarik bagi investor jika berkaca pada kondisi pasar terkini.
Justru, jika kupon SR011 terlampau tinggi, dikhawatirkan persaingan dana pihak ketiga antara pemerintah dan perbankan semakin meruncing. “Dengan frekuensi penerbitan SBN ritel yang meningkat, pemerintah tidak bisa leluasa untuk menaikkan kupon,” katanya, Senin (25/2).
Setali tiga uang, Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana berpendapat, kupon SR011 bisa saja lebih rendah dari seri-seri SBN ritel sebelumnya. Hal ini berkaca dari fitur SR011 yang dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
“Dengan fitur tersebut, seharusnya membuat durasi dan likuiditas instrumen ini menjadi lebih longgar sehingga kupon yang ditawarkan juga dapat diturunkan,” terangnya, hari ini.
Kendati demikian, SR011 tetap menarik lantaran investor ritel bisa meraih keuntungan dari kenaikan harga instrumen tersebut ketika diperdagangkan di pasar sekunder.
Akan tetapi, Desmon meyakini, seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya, sebagian investor ritel cenderung akan menahan kepemilikan SBN ritelnya hingga jatuh tempo. Alhasil, potensi capital gain akan lebih banyak dinikmati oleh investor kalangan institusi yang notabene sudah bisa membeli instrumen ini saat diperdagangkan di pasar sekunder.
Terlepas dari itu, ia tetap optimistis investor akan ramai-ramai membeli SR011 ketika ditawarkan nanti. Selain dipicu oleh besaran kupon dan beragam fitur lainnya, pemerintah pun diperkirakan akan memaksimalkan penawaran SR011.
Hal ini tak lepas dari adanya instrumen SBN ritel yang jatuh tempo dalam waktu dekat, yakni SR008. Instrumen yang memiliki kupon sebesar 8,30% per tahun tersebut akan jatuh tempo pada 10 Maret 2019 dengan nominal sebesar Rp 31,5 triliun.
“Pemerintah pasti akan berusaha memastikan sebagian dari hasil penerbitan SR011 bisa menutupi utang jatuh tempo tersebut,” ungkap Desmon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News