kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   -13.000   -0,68%
  • USD/IDR 16.195   57,00   0,35%
  • IDX 7.898   -32,88   -0,41%
  • KOMPAS100 1.110   -7,94   -0,71%
  • LQ45 821   -5,85   -0,71%
  • ISSI 266   -0,63   -0,24%
  • IDX30 424   -3,04   -0,71%
  • IDXHIDIV20 487   -3,38   -0,69%
  • IDX80 123   -1,10   -0,89%
  • IDXV30 126   -1,56   -1,22%
  • IDXQ30 137   -1,32   -0,96%

Spekulasi suplai seret, CPO bertengger di level tertinggi dua pekan


Jumat, 23 Desember 2011 / 11:39 WIB
Spekulasi suplai seret, CPO bertengger di level tertinggi dua pekan
ILUSTRASI. Bank Indonesia


Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini

KUALA LUMPUR. Minyak sawit atau crude palm oil (CPO) bertengger di level tertinggi dalam lebih dua pekan. Harga minyak sawit melejit, karena kekhawatiran musim hujan di Malaysia akan mengurangi hasil panen, yang berimbas seretnya suplai global. Malaysia tercatat sebagai produsen minyak sawit kedua terbesar di dunia, setelah Indonesia.

CPO untuk kontrak pengiriman Maret di Malaysia Derivatives Exchange reli 1,1% ke posisi RM 3.131 atau setara US$ 993 per metrik ton. Ini level tertinggi sejak 5 Desember. Kontrak yang sama diperdagangkan di level RM 3.129 per metrik ton pada pukul 12.15 di Kuala Lumpur.

Badan Meteorologi Malaysia memperkirakan, hujan akan berlanjut di pusat perkebunan sawit di wilayah selatan Johor hingga 24 Desember. Hal itu dikhawatirkan menyebabkan banjir di daerah dataran rendah. Lahan sawit di Johor mencapai 14,5%, atau merupakan wilayah perkebunan sawit terbesar ketiga di Malaysia.

"Saat ini merupakan periode penurunan produksi dalam siklus produksi, apalagi faktor hujan dapat menyebabkan suplai turun lebih cepat dari yang diperkirakan," kata Arhnue Tan, Vice president Alliance Research Sdn., di Kuala Lumpur, hari ini.

Malaysian Palm Oil Board melaporkan, produksi minyak sawit Malaysia turun 14,8% menjadi 1,6 juta ton pada November lalu. Itu leve terendah dalam tujuh bulan, setelah musim panen puncak berakhir. Sementara, stok juga berkurang 1,5% menjadi 2,1 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×