kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

SMMT yakin, BEI cabut suspensi bulan Juli


Senin, 18 Juni 2012 / 20:46 WIB
SMMT yakin, BEI cabut suspensi bulan Juli
ILUSTRASI. Pabrik minyak goreng PT SMART Tbk.


Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. PT Eatertainment International Tbk (SMMT) optimistis, suspensi (penghentian sementara perdagangan saham) atas mereka akan dicabut Bursa Efek Indonesia (BEI) pada bulan Juli mendatang.

"Setelah right issue selesai, kami akan konsolidasi bertemu dengan BEI. Ya bulan Juli-lah bisa dicabut suspensinya," ungkap Komisaris Utama SMMT Darjoto Setyawan di Jakarta, Senin (18/6).

Sebagai catatan saja, saat ini saham SMMT tertidur pulas di harga Rp 2.175 per saham. Transaksi saham ini juga nihil. Maklum, sejak 1 Juli lalu, otoritas BEI menghentikan sementara perdagangan saham anak usaha Grup Rajawali itu.

BEI melakukan suspensi saham, karena terjadi lonjakan harga saham SMMT sebesar 866,67% di sepanjang tahun 2010.

Optimisme manajemen SMMT sendiri cukup beralasan, mengingat rencana perusahaan untuk mengganti bisnis utamanya segera terealisasi. Untuk perubahan core bisnis dari bisnis restoran menjadi bisnis tambang.

Untuk perubahan itu, perusahaan akan menaikkan modal dasar dari Rp 160 miliar menjadi Rp 450 miliar. Untuk memperlancar perubahan tersebut, SMMT akan menggelar right issue dengan menerbitkan 820 juta saham di harga penawaran sebesar Rp 500 per saham. Artinya dari hajatan ini perusahaan akan mendapatkan Rp 410 miliar.

Sementara itu, tambang yang diincar perusahaan berada di wilayah Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan. Dari dua tambang yang akan dimiliki itu, baru satu tambang batubara sudah berproduksi, yaitu PT Internasional Prima Coal (IPC) di Kalimantan Timur. "Produksinya sekitar 100.000 ton per bulan," kata Direktur SMMT Abed Nego di tempat yang sama.

Lebih lanjut Abed bilang, mayoritas produksi IPC dipasarkan ke luar negeri dengan pembeli terbanyak di China. "Kami sekarang sedang mengapalkan ke Filipina, dan ada juga ke India dan Thailand," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×