Reporter: Surtan PH Siahaan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tingginya permintaan semen menyebabkan kinerja keuangan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) pada semester I-2013 cemerlang. Laba bersih SMGR meningkat 22,9% dari Rp 2,1 triliun pada periode Januari-Juni 2012 menjadi Rp 2,58 triliun di enam bulan pertama 2013.
Alhasil, laba bersih per saham alias earning per share (EPS) SMGR yang dapat diatribusikan kepada pemilik induk naik dari Rp 355 per saham menjadi Rp 436 per saham. Kondisi ini tidak lepas dari pertumbuhan pendapatan emiten semen pelat merah tersebut yang naik 31,9% year on year (yoy) dari Rp 8,6 triliun menjadi Rp 11,4 triliun.
Pertumbuhan pendapatan SMGR didukung kenaikan volume penjualan yang sebesar 18,3% menjadi 12,23 juta ton. Pertumbuhan penjualan SMGR hingga medio tahun 2013 tersebut melampaui pertumbuhan penjualan industri semen nasional.
Asal tahu saja, pada saat bersamaan, penjualan semen dalam negeri hanya tumbuh 7,5% dari 25,89 juta ton menjadi 27,83 juta ton. Meski kinerja meningkat, tak lantas membuat manajemen SMGR puas. "Kami masih akan memperluas pasar," terang Dwi Soetjipto, Direktur Utama SMGR, Senin (29/7).
Dwi mengungkapkan, sebagian besar pendapatan SMGR memang masih berasal dari pasar dalam negeri. Jumlahnya mencapai Rp 10,91 triliun atau setara 95,53% dari total pendapatan. Penjualan semen domestik tersebut meningkat 26,42% jika dibandingkan pencapaian pada periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 8,63 triliun.
Penjualannya pun tak lagi terfokus di Jawa. Di semester I 2013, pertumbuhan pasar semen SMGR di luar Jawa, cukup pesat. Kontribusi penjualan SMGR dari pasar Jawa dan luar Jawa nyaris berimbang.
Hingga Juni 2013, pasar semen di Jawa menyumbang pendapatan Rp 5,72 triliun atau 52,43% dari total penjualan SMGR di dalam negeri. Sedangkan, penjualan semen di luar Jawa mencapai Rp 5,19 triliun atau sekitar 47,57% dari total penjualan SMGR di dalam negeri.
Adapun untuk penjualan ke pasar mancanegara, nilai yang dibukukan SMGR melonjak drastis dari Rp 30,34 miliar menjadi menjadi Rp 511,64 miliar.
Beroperasinya pabrik Tuban IV dan Tonasa V menjadi multivitamin baru bagi SMGR yang berimbas pada peningkatan produksi perusahaan. Naiknya penjualan semen selama semester I-2013 menyebabkan pangsa pasar SMGR di dalam negeri tumbuh dari 40,9% menjadi 43,6%.
Efek pelemahan rupiah
Analis Bahana Sekuritas, Teguh Hartanto, berpendapat, tambahan produksi pabrik semen baru sebesar 1,5 juta ton memang menjadi motor baru bagi SMGR. Dalam risetnya per 17 Juli 2013, Teguh memprediksi, pertumbuhan produksi SMGR bakal naik 23,4% di tahun ini. Saat ini total kapasitas terpasang SMGR mencapai 39,3 juta ton.
Tapi, pelemahan rupiah bisa membebani kinerja SMGR. Sebab, setiap penurunan nilai tukar sebanyak Rp 100 tiap satu dollar AS, beban pokok penjualan akan naik 0,8%. Belum lagi kenaikan bahan bakar bersubsidi yang berkontribusi terhadap kenaikan 1% terhadap beban penjualan. Bisnis properti yang diprediksi bakal melambat juga bisa mempengaruhi penjualan semen SMGR.
Teguh merekomendasikan tahan saham SMGR karena potensi kenaikan harganya yang sudah terbatas. Ia memberi target harga SMGR sebesar Rp 17.100 per saham. Senin (29/7), harga SMGR turun 1,63% menjadi Rp 15.100 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News