Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) melebarkan bisnis lagi di pasar regional. Kali ini, SMGR bakal mengakuisisi perusahaan semen di Bangladesh dengan prediksi investasi awal senilai Rp 300 miliar.
Direktur Keuangan SMGR, Ahyanizzaman, menuturkan, rencana ekspansi ke Bangladesh memang tidak sebesar ekspansi di Myanmar. Namun, Bangladesh menjadi tujuan investasi yang menjanjikan karena tingkat konsumsi semen di negeri tersebut cukup besar, sekitar 30 juta ton per tahun.
SMGR telah menerima beberapa tawaran dari perusahaan lokal di Bangladesh untuk mengembangkan investasi semen. "Kami masih mempelajari kebutuhan di sana, dan bagaimana peluangnya," terang Ahyanizzaman kepada KONTAN, Kamis (27/6).
SMGR harus cermat, sebab di Bangladesh agak sulit mencari sumber bahan baku. Kebanyakan pabrik yang ada di Bangladesh hanyalah pabrik penggilingan semen (grinding plant), bukan pabrik semen terintegrasi (integrated plant).
Dalam hitungan Ahyanizzaman, untuk membuat grinding plant tidak membutuhkan dana besar. SMGR bisa saja memasok semen setengah jadi (clinker) dari pabriknya. "Kalau rencana ini jadi, bisa saja nanti semen setengah jadi dikirim dari Indonesia atau Vietnam, lalu di-packing dan didistribusikan ke Bangladesh,"terangnya.
SMGR lebih memilih akuisisi perusahaan, ketimbang membangun pabrik baru dengan pertimbangan efisiensi. Tapi jika harus membangun pabrik baru, kapasitas yang dihasilkan tidak akan lebih dari 1,5 juta ton-1,8 juta ton. "Apakah full akuisisi, atau awalnya bermitra dulu dengan perusahaan semen di Bangladesh, itu masih dikaji," ujar Ahyanizzaman.
SMGR belum memastikan target penyelesaian akuisisi tersebut. Sebab, saat ini perusahaan semen plat merah ini masih fokus menggarap pasar Myanmar.
SMGR kini masih menyeleksi tiga perusahaan calon mitra SMGR di Myanmar. Dengan menggandeng perusahaan lokal di sana, SMGR ingin menguasai bahan baku semen di Myanmar.
Dwi Soetjipto, Direktur Utama SMGR mengungkapkan, setelah proses kemitraan rampung, SMGR akan membangun pabrik semen berkapasitas 1 juta ton per tahun. Nilai proyek itu mencapai US$ 200 juta.
SMGR menargetkan di tahun 2014 fisik pabrik sudah dibangun dan mulai beroperasi pada 2017. Kelak, semen produksi pabrik di Myanmar akan diekspor, salah satunya ke Bangladesh.
Mencari pinjaman
Untuk pendanaan ekspansi tersebut, SMGR tak hanya mengandalkan dana kas internal sepenuhnya. SMGR akan mencari pinjaman perbankan ataupun pinjaman dari Export Credit Agendy (ECA). "Kalau untuk investasi akuisisi, cashflow bisa di-back up dari pinjaman dengan porsi 50% hingga 70%," kata Ahyanizzaman.
Reza Nugraha, analis MNC Securities mengatakan, niat SMGR memperluas pasar semen di kawasan Asia memiliki prospek menarik. Menurutnya, Bangladesh merupakan salah satu negara yang potensial.
Reza yakin, rencana tersebut akan mendulang reaksi positif dari investor. "SMGR membutuhkan akuisisi untuk memperluas jangkauan pasarnya," jelasnya.
Pada kuartal I-2013, pendapatan SMGR tercatat Rp 5,54 triliun, naik 29,44% year on year (yoy) dari periode sama tahun lalu sebesar Rp 4,28 triliun. Sedangkan laba bersih SMGR naik 22,77% menjadi 1,24 triliun.
Reza hingga kini masih merekomendasikan beli saham SMGR dengan target harga Rp 22.500 per saham hingga akhir tahun 2013. Pada akhir perdagangan bursa, kemarin, harga saham SMGR naik 0,92% ke posisi Rp 16.500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News