kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sinyal suku bunga AS bikin rupiah kembali loyo


Selasa, 24 Mei 2016 / 10:44 WIB
Sinyal suku bunga AS bikin rupiah kembali loyo


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Otot rupiah kembali loyo pasca penguatannya kemarin di hadapan dollar Amerika Serikat (AS), Selasa (24/5). Di pasar spot, rupiah ke Rp 13.659 per dollar AS atau melemah 0,63% dari sebelumnya Rp 13.574 per dollar AS pukul 10.18 WIB.

Sementara itu, rupiah di kurs Jakarta Interbank Spot Dollar (JISDOR) berada di level Rp 13.606 per dollar AS atau menguat tipis 0,01% dari sebelumnya Rp 13.607 per dollar AS.

Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan, potensi kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat yang ditargetkan pada Juni 2016 masih menjadi salah satu faktor yang menopang dollar AS terhadap mayoritas mata uang utama dunia.

"Sinyal kenaikan suku bunga Amerika Serikat (The Fed) membuat dollar AS bergerak menguat terhadap mayoritas mata uang utama dunia, termasuk rupiah " katanya mengutip dari Antara.

Di sisi lain, lanjut dia, kembali melemahnya sejumlah harga komoditas dunia, terutama minyak mentah setelah Iran bersikeras tidak akan mengurangi pasokan yang ada menambah sentimen negatif bagi mata uang rupiah.

Terpantau, harga minyak mentah dunia jenis WTI crude pada Selasa (24/5) pagi berada di posisi 47,92 dollar AS per barel, melemah 0,33 % dan Brent crude di level 48,12 dollar AS per barel, turun 0,48 %.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa meski dollar AS menguat namun relatif masih terbatas menyusul data manufaktur Amerika Serikat yang mengoreksi harapan kenaikan suku bunga acuan AS.

Di sisi lain, lanjut dia, pembahasan pengampunan pajak atau "tax amnesty" yang masih berlanjut, diharapkan dapat memberikan sentimen positif ke pasar keuangan domestik jika disahkan segera.

"Peluang rupiah untuk kembali bergerak ke area positif masih terbuka meski terbatas karena harga minyak mentah yang masih melemah," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×