kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak saham-saham LQ-45 yang tampil prima


Kamis, 04 Juli 2013 / 19:45 WIB
Simak saham-saham LQ-45 yang tampil prima
ILUSTRASI. Russian President Vladimir Putin. Pejabat AS Tuding Rusia Siapkan Pasokan Darah di Perbatasan dengan Ukraina.


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Saham-saham berbasis konsumsi yang terdaftar dalam indeks LQ-45 rupanya tampil menarik. Pasalnya, saham-saham tersebut mampu memberikan imbal hasil yang menggiurkan.

Seperti saham PT Malindo Feedmil Tbk (MAIN) misalnya. Mengacu pada data Bloomberg, saham MAIN memberikan imbal hasil tahunan hingga 123,06%. Lalu ada saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang memberikan imbal hasil 94,42%.

Begitu juga dengan saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang juga memberikan imbal hasil dobel digit, 84,19%. Bandingkan dengan imbal hasil saham seperti saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), dan PT Indika Energ Tbk (INDY).

Ketiga saham ini juga tercatat dalam indeks LQ-45 ini masing-masing memberikan return minus 51,53%, minus 57,02%, dan minus 59,05%.

Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, mengatakan, perekonomian Indonesia itu basisnya benar-benar domestik. Saham di sektor juga merupakan saham yang resisten terhadap gejolak perekonomian global yang membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus berfluktuasi.

"Jadi, saham-saham emiten yang menyasar ritel seperti itu yang menarik," imbuhnya, Kamis (4/7). Potensi kenaikan imbal hasil saham konsumer juga kian besar. Pasalnya, sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadan.

Pada bulan ini, permintaan masyarakat atas produk barang konsumer meningkat yang pada akhirnya mengerek kinerja emiten yang bergerak di sektor ini. Lain halnya dengan saham yang berbasis komoditas batubara.

Kinerja emiten yang bergerak di sektor ini sangat bergantung pada China yang merupakan importir batubara terbesar di dunia. China juga sedang mengerem impor batubaranya sehingga membuat harga komoditas batubara global semakin tertekan.

Jika ada dana investor yang masih tersimpan di saham sektor komoditas, itu merupakan rencana investasi pribadi masing-masing investor. Meski saham emiten sektor komoditas berada dalam tren koreksi, tapi umumnya dividen yang dibagikan oleh emiten ini jumlahnya besar.

"Jadi, jika ada dana investor yang tertahan di beberapa saham emiten sektor komoditas, itu tergantung dari horizon investasi dari investor itu sendiri dan sebaiknya juga mencermati kondisi fundamental dari masing-masing emiten itu sendiri," jelas Satrio.

Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities, memiliki pandangan senada. Menurutnya, imbal hasil yang tinggi dari saham emiten konsumsi didorong pencapaian kinerja mereka yang moncer. "Apalagi, saat itu mereka belum terkena imbas inflasi karena BBM dan imbas kenaikan BI rate," tambahnya.

Sementara itu, untuk saham emiten komoditas, masih menurut Reza, harga barang tambang yang sedang turun menjadi pukulan keras terhadap kinerja keuangan emiten di sektor tersebut.

Mereka tidak bisa menjual dengan harga yang sangat tinggi. Di sisi lain, produksinya terus berjalan. "Sudah pasti ini akan membuat keuntungan mereka turun," pungkas Reza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×